Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dito Ariotedjo
Ketua Umum Angkatan Muda Pembaruan Indonesia (AMPI)

Ketua DPP Partai Golkar Bidang Inovasi Sosial Politik, Ketua Umum Angkatan Muda Pembaruan Indonesia (AMPI)

Golkar Harus Ramah Milenial

Kompas.com - 06/12/2017, 07:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLaksono Hari Wiwoho

GOYANGAN Partai Golkar kian tak berirama. Kasus hukum yang menimpa ketua umum "Partai Beringin", selain menggerus akseptabilitas dan elektabilitas partai, juga menuai duel kepentingan di kalangan internal.

Praperadilan sang ketua berpacu dengan keinginan untuk mengadakan Musyawarah Luar Biasa Partai (Munaslub). Kubu yang menginginkan pergantian kepemimpinan adu cepat dengan yang kubu mempertahankan posisi status quo.

Situasi tak pelak makin hari makin panas. Beringin disorot di sana-sini. Nasibnya di masa depan dijadikan bahan tebak-tebakan oleh para pengamat.

Nama-nama calon pengganti ketua umum diukur-ukur, dipatut-patut, dicocok-cocokan, dan dikait-kaitkan dengan istana, disangkutpautkan dengan si anu dan si anu, lalu digelindingkan ke publik. Maka terjadilah bursa calon ketua.

Di sisi yang lain, hasil survei Politracking terbukti tak berpihak kepada "Pohon Beringin". Angka elektabilitas Golkar hanya tersisa sekira sepuluhan persen. Mendadak penampakan Beringin menjadi semakin kurus kering, tak gagah lagi.

Gerindra dengan manis menyalip dan merebut posisi kedua yang semula diduduki Golkar. Lucunya, tak banyak pihak yang sedang adu kuat di internal membahasnya. Semuanya terlihat sibuk berbicara siapa dapat apa, kapan dan bagaimana, di dalam tubuh partai.

Memang kepengurusan baru adalah bagian dari masa depan Golkar. Tapi menjaga dan meluaskan kavling pemilih juga tak kalah pentingnya, bahkan bisa menjadi penentu seperti apa wajah Golkar di kemudian hari.

Jadi apa pun yang terjadi di dalam "Partai Beringin", toh terobosan signifikan untuk keluar dari jerat politik yang sedang melanda partai sangat dibutuhkan saat ini.

Dan, saya kira, mengambil peran besar untuk memenangkan hati dan pikiran para pemilih muda, terutama generasi milenial, adalah salah satu solusi kekinian yang dibutuhkan.

Mengapa? Karena berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kaum milenial di Indonesia pada 2017 diperkirakan mencapai 86 juta jiwa atau 32,6 persen dari total penduduk yang sebanyak 261,89 juta jiwa.

Pemilih milenial adalah pemilih yang lahir pada rentang tahun 1981-1999 dan akan berusia antara 20-38 tahun saat Pemilu 2019 diadakan.

Sekali lagi saya tuliskan, jumlahnya mencapai 86 juta jiwa. Semua tentu sepakat bahwa angka tersebut bukanlah angka kecil.

Nah, secara politik, jika dipersentase, 48 persen pemilih pada Pemilu 2019 adalah generasi milenial (Hasanudin Ali, 2017). Oleh karena itu, tak ada alasan bagi Golkar untuk tidak fokus dan concern pada segmen yang satu ini.

Generasi milenial sering juga disebut sebagai generasi "Digital Native", yakni generasi yang lahir dan tumbuh seiring perkembangan teknologi yang melaju pesat.

Oleh karena itu, generasi milenial cenderung mudah menyesuaikan diri dengan generasi setelahnya yang juga masih disuguhkan teknologi lanjutan dari teknologi-teknologi yang mengawali pertumbuhan generasi milenial.

Berbeda dari generasi X, baby boomers, atau generasi sebelum generasi milenial, segmen ini cenderung agak gagap untuk mengikuti irama generasi-generasi setelahnya.

Ketua Harian Partai Golkar Nurdin Halid (tengah) bersama Sekjen Idrus Marham (ketiga kanan) dan sejumlah ketua koordinator bidang melaksanakan rapat pleno di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Selasa (21/11). Rapat tersebut membahas posisi Setya Novanto baik sebagai ketua umum Partai Golkar maupun anggota DPR pasca ditahan KPK atas kasus korupsi proyek KTP Elektronik. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww/17.SIGID KURNIAWAN Ketua Harian Partai Golkar Nurdin Halid (tengah) bersama Sekjen Idrus Marham (ketiga kanan) dan sejumlah ketua koordinator bidang melaksanakan rapat pleno di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Selasa (21/11). Rapat tersebut membahas posisi Setya Novanto baik sebagai ketua umum Partai Golkar maupun anggota DPR pasca ditahan KPK atas kasus korupsi proyek KTP Elektronik. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww/17.
Sementara itu, yang sibuk berbicara masa depan "Partai Beringin" sampai hari ini adalah generasi-generasi yang kurang adaptif dengan pemilih milenial. Padahal, jika berkaca pada data di atas, memenangkan hati dan pikiran generasi milenial adalah juga memenangkan hati generasi setelahnya, seperti generasi Z.

Arti lainnya, menginklusi generasi muda adalah langkah strategis untuk meraup sebanyak-banyaknya suara pada kontestasi 2019.

Adapun milenial sendiri merupakan kelompok demografis (cohort) yang dikategorikan setelah generasi X karena lahir antara tahun 1981 dan 1999 (banyak juga yang menulis antara 1980-2000).

Selain berada di kisaran usia antara 17 dan 37 tahun saat ini atau masih terbilang muda dan cenderung sangat energetik, keakraban dengan teknologi membuat pemikiran mereka terbuka luas.

Oleh karena itu, wajah-wajah partai yang tak mampu berdandan sesuai harapan generasi ini akan serta-merta diberi tanda silang.

Walhasil, karena banyak partai yang gagal beradaptasi dengan selera segmen milenial, preferensi politik generasi ini terus menurun.

Gejala semacam ini bukan saja di Indonesia, tetapi juga di negara maju dan negara berkembang lain. Mereka cenderung menjadi apolitis dan memilih bidang-bidang di luar politik untuk berekpresi.

Secara politik, menurut hemat saya, kecenderungan semacam ini, pertama dan utama, adalah akibat dari gagalnya institusi-institusi demokrasi, terutama partai, untuk merepresentasikan dan menginklusi aspirasi mereka ke dalam gerak langkah partai politik.

Wajah-wajah partai gagal dipoles sesuai harapan generasi muda, sehingga penampakannya cenderung menyebalkan, mengguratkan banyak dosa, atau kurang ramah terhadap generasi-generasi setelahnya.

Secara historis, nomenklatur generasi milenial awalnya digagas oleh dua pakar sejarah dan penulis asal Amerika, yaitu William Strauss dan Neil Howe. Keduanya menuangkan konsep generasi milenial ke dalam beberapa bukunya. Bahkan studi tentang generasi milenial di dunia, terutama di Amerika, sudah cukup banyak dilakukan.

Di antaranya adalah studi yang dilakukan oleh Boston Consulting Group (BCG) bersama University of Berkley tahun 2011 yang mengambil tema American Millenials: Deciphering the Enigma Generation. Tahun sebelumnya, 2010, Pew Research Center juga merilis laporan riset dengan judul Millenials: A Portrait of Generation Next.

Poin utamanya, generasi milenial dan generasi setelahnya memang memiliki banyak perbedaan dengan generasi-generasi sebelumnya. Preferensi sektoral bergeser jauh ke ranah apolitis.

Harapan-harapan terhadap dunia politik meredup. Generasi muda mulai berpolitik dengan cara berbeda. Dunia digital menjadi sasaran utama, terutama media sosial.

Ekspresi politik mereka sangat inklusif, moderat, tetapi cenderung negatif terhadap partai politik dan institusi-institusi politik yang menjadi turunannya, seperti DPR. Nah, tak bisa tidak, inilah tugas berat Partai Golkar ke depan.

Siapa pun pemimpinnya, kubu mana pun yang menguasai "Beringin" nantinya, jangan jumawa di hadapan generasi muda. Jangan lupakan pemilih muda dan milenial karena mereka adalah pemilih jumbo yang bisa seketika menggemboskan kebesaran "Beringin" hanya dengan sekali masuk bilik suara.

Mumpung belum munaslub atau apa pun cara reorganisasi yang diambil, Golkar harus mulai berpikir tentang bagaimana cara mengaryakan generasi-generasi muda dalam partai.

Menempatkan anak muda-anak muda potensial di pos-pos strategis partai adalah jalan paling mudah.

Partai tidak bisa berbasa-basi mengatakan dirinya sebagai partai inklusif dan ramah terhadap generasi muda jika tidak melibatkan generasi muda dalam setiap derap regenerasi kepengurusan partai. Dan, Golkar harus berani memulainya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Disebut Masih Fokus di Solo, Undang Wapres Ma'ruf Resmikan Destinasi Wisata

Gibran Disebut Masih Fokus di Solo, Undang Wapres Ma'ruf Resmikan Destinasi Wisata

Nasional
Dewas KPK Sudah Klarifikasi Albertina Ho yang Dilaporkan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

Dewas KPK Sudah Klarifikasi Albertina Ho yang Dilaporkan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron

Nasional
Nasdem-PKS Jajaki Kerja Sama Pilkada 2024, Termasuk Opsi Usung Anies

Nasdem-PKS Jajaki Kerja Sama Pilkada 2024, Termasuk Opsi Usung Anies

Nasional
KPK Duga Hakim Agung Gazalba Saleh Cuci Uang Rp 20 Miliar

KPK Duga Hakim Agung Gazalba Saleh Cuci Uang Rp 20 Miliar

Nasional
Gibran Bakal ke Istana Malam Ini, Bersama Prabowo?

Gibran Bakal ke Istana Malam Ini, Bersama Prabowo?

Nasional
Surya Paloh Sebut Nasdem dan PKS Siap Bergabung ke Pemerintahan Prabowo maupun Jadi Oposisi

Surya Paloh Sebut Nasdem dan PKS Siap Bergabung ke Pemerintahan Prabowo maupun Jadi Oposisi

Nasional
KPK Cek Langsung RSUD Sidoarjo Barat, Gus Muhdlor Sudah Jalani Rawat Jalan

KPK Cek Langsung RSUD Sidoarjo Barat, Gus Muhdlor Sudah Jalani Rawat Jalan

Nasional
Bertemu Presiden PKS, Surya Paloh Akui Diskusikan Langkah Politik di Pemerintahan Prabowo-Gibran

Bertemu Presiden PKS, Surya Paloh Akui Diskusikan Langkah Politik di Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Respons Jokowi dan Gibran Usai Disebut PDI-P Bukan Kader Lagi

Respons Jokowi dan Gibran Usai Disebut PDI-P Bukan Kader Lagi

Nasional
Wapres Ma'ruf Amin Doakan Timnas Indonesia U-23 Kalahkan Korsel

Wapres Ma'ruf Amin Doakan Timnas Indonesia U-23 Kalahkan Korsel

Nasional
Soal Ahmad Ali Bertemu Prabowo, Surya Paloh: Bisa Saja Masalah Pilkada

Soal Ahmad Ali Bertemu Prabowo, Surya Paloh: Bisa Saja Masalah Pilkada

Nasional
Prabowo Sangat Terkesan Anies-Muhaimin Hadiri Penetapan Hasil Pilpres 2024

Prabowo Sangat Terkesan Anies-Muhaimin Hadiri Penetapan Hasil Pilpres 2024

Nasional
Prabowo: Saya Enggak Tahu Ilmu Gus Imin Apa, Kita Bersaing Ketat…

Prabowo: Saya Enggak Tahu Ilmu Gus Imin Apa, Kita Bersaing Ketat…

Nasional
Prabowo: PKB Ingin Terus Kerja Sama, Mengabdi demi Kepentingan Rakyat

Prabowo: PKB Ingin Terus Kerja Sama, Mengabdi demi Kepentingan Rakyat

Nasional
Jokowi: UU Kesehatan Direvisi untuk Permudah Dokter Masuk Spesialis

Jokowi: UU Kesehatan Direvisi untuk Permudah Dokter Masuk Spesialis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com