JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengimbau warga desa di sekitar Gunung Agung agar mengurangi aktivitas di luar rumah menyusul adanya peningkatan erupsi.
Menurut Sutopo, tingkat erupsi Gunung Agung saat ini meningkat dari fase freatik ke magmatik, semenjak sinar api di puncak teramati pada Sabtu (25/11/2017) pukul 21.00 Wita.
Kepulan abu yang menerus, kadang-kadang disertai erupsi eksplosif, dan suara dentuman lemah terdengar sampai jarak 12 km dari puncak serta sinar api semakin sering teramati di malam berikutnya. Ini menjadi penanda potensi letusan yang lebih besar akan segera terjadi.
"Nah yang perlu diantisipasi kalau abunya menyebar maka masyarakat diimbau mengurangi aktivitas di luar rumah dan menggunakan masker," ujar Sutopo saat memberikan keterangan di ruang Pusdalops, Graha BNPB, Jakarta Timur, Senin (27/11/2017).
(Baca juga: BNPB: Pengungsi Sementara Erupsi Gunung Agung Lebih dari 40.000 Orang)
Selain itu, Sutopo mengingatkan warga untuk sering membersihkan abu yang ada di atap rumah.
Belajar dari peristiwa letusan Gunung Merapi di Yogyakarta pada 2010 lalu, banyak rumah warga yang roboh akibat tidak kuat menahan banyaknya abu vulkanik yang jatuh di atap rumah.
"Kedua, harus rajin-rajin mengurangi pasir yang ada di atap. Pengalaman merapi itu banyak sekali rumah roboh karena beban menahan pasir di atas genteng," tuturnya.
Ia pun menyarankan agar warga pengungsi tinggal di banjar, balai desa atau bangunan permanen selama dalam pengungsian.
"Jangan mendirikan tenda, itu tidak kuat. Maka kami menyarankan di banjar, balai desa atau bangunan permanen," kata Sutopo.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan