Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kehadiran Pengusaha dan Ramalan Sesepuh Golkar yang Jadi Nyata

Kompas.com - 24/11/2017, 20:04 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Publik terus menyorot Partai Golkar lantaran bersikeras mempertahankan Setya Novanto sebagai ketua umumnya. Padahal Novanto sudah ditahan oleh KPK atas kasus korupsi KTP elektronik.

Berbagai pihak pun mulai menakar nasib Partai Golkar di Pemilu 2018. Tidak sedikit yang menilai, Golkar akan "dihukum" oleh rakyat pada Pemilu nanti dengan tidak dipilih.

Namun, jauh sebelum itu, Sekjen DPP Golkar 1983-1988 Sarwono Kusumaatmadja sudah menduga Golkar akan mengalami situasi seperti saat ini sejak 1983 silam.

"Saya bikin ramalan suatu saat nanti Golkar akan dikuasai oleh pengusaha, ini belum tentu berita baik, eh betul (kejadian)," ujarnya dalam acara diskusi Para Syndicate, Jakarta, Jumat (24/11/2017).

Baca juga : Kisah Hidup Setya Novanto, dari Tukang Beras, Model, hingga Jadi Miliuner

Sarwono ingat betul, saat dia menjabat sebagai Sekretaris Golkar di MPR pada 1983, ada golongan baru yang masuk ke Golkar yaitu golongan pengusaha.

Ketua DPR Setya Novanto saat bersaksi di persidangan kasus dugaan korupsi e-KTP, di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jumat (3/11/2017). Hari ini, Novanto hadir menjadi saksi untuk terdakwa pengusaha Andi Agustinus alias Andi NarogongKOMPAS.com/Andreas Lukas Altobeli Ketua DPR Setya Novanto saat bersaksi di persidangan kasus dugaan korupsi e-KTP, di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jumat (3/11/2017). Hari ini, Novanto hadir menjadi saksi untuk terdakwa pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong
Golongan pengusaha itu berasal dari sebagai organisasi salah satunya yaitu dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.

Bahkan, kata dia, ada tiga pengusaha di MPR menyumbang dana untuk kas partai. Salah satu dari ketiga pengusaha itu yaitu Sofyan Wanandi. Dari situ, perubahan terjadi.

"Tadinya kami banyak program pembangunan dengan mengacu kepada Pancasila. Namun lama-lama orientasinya ke bisnis dan politik. Orang yang enggak bisa ngomong bisnis, enggak bisa ngomong dengan duit dan kedudukan, itu tersingkir dengan sendirinya," kata Sarwono.

Baca juga : Akbar Tandjung Khawatir Golkar Kiamat karena Pertahankan Novanto

Puncak golongan pengusaha di Golkar terjadi saat Akbar Tanjung memimpin Golkar. Padahal tutur Sarwono, Akbar mampu memimpin Golkar dengan baik.

Buktinya, pasca reformasi kekuatan Golkar masih kuat di Pemilu 2004. Padahal pasca reformasi, menjadi era transisi terberat bagi Golkar. Maklum, publik sudah mencap Golkar sebagai partai Orde Baru.

"Saat Bung Akbar menyampaikan pertangungjawaban, dia disambut dengan standing ovation. Entah kenapa, sorenya ketika Bung Akbar menyatakan ingin maju lagi jadi Ketum, orang yang kasih standing ovation itu meneriaki dia supaya turun, kasar sekali," ucap Sarwono.

Dia meyakini, perubahan sekejap itu dipengaruhi oleh kekuatan duit yang ditopang oleh para golongan pengusaha.

Baca juga : Aburizal Minta Kader Golkar Hormati Keputusan Pertahankan Setya Novanto

Pasca kejadian itu, Sarwono mengatakan kebanggaan kepada Golkar luntur. Di sisi lain, internal Golkar kian dikuasai oleh golongan pengusaha, termasuk Ketua Umum Partai Beringin saat ini, Setya Novanto.

Sarwono menayangkan kondisi itu. Sebab, tutur dia, bila sampai Golkar hancur akibat dampak kekuatan modal, maka para kader aktivis akan kehilangan rumah besarnya.

"Ini saya kira yang dihadapai Golkar tapi harus dicari cara agar tidak tertanggung berlebihan kepada golongan tertentu pengusaha atau lain," tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PAN Prioritaskan Kader Sendiri untuk Maju Pilkada 2024

PAN Prioritaskan Kader Sendiri untuk Maju Pilkada 2024

Nasional
Jokowi Tinjau Pasar Tumpah Mamasa, Cek Harga dan Berencana Bangun Pasar Baru

Jokowi Tinjau Pasar Tumpah Mamasa, Cek Harga dan Berencana Bangun Pasar Baru

Nasional
PKS: Selamat Bertugas Prabowo-Gibran

PKS: Selamat Bertugas Prabowo-Gibran

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Punya PR Besar karena Kemenangannya Dibayangi Kontroversi

Pengamat: Prabowo-Gibran Punya PR Besar karena Kemenangannya Dibayangi Kontroversi

Nasional
Kementerian KP Gandeng Kejagung Implementasikan Tata Kelola Penangkapan dan Budi Daya Lobster 

Kementerian KP Gandeng Kejagung Implementasikan Tata Kelola Penangkapan dan Budi Daya Lobster 

Nasional
Respons Putusan MK, Zulhas: Mari Bersatu Kembali, Kita Akhiri Silang Sengketa

Respons Putusan MK, Zulhas: Mari Bersatu Kembali, Kita Akhiri Silang Sengketa

Nasional
Agenda Prabowo usai Putusan MK: 'Courtesy Call' dengan Menlu Singapura, Bertemu Tim Hukumnya

Agenda Prabowo usai Putusan MK: "Courtesy Call" dengan Menlu Singapura, Bertemu Tim Hukumnya

Nasional
Awali Kunker Hari Ke-2 di Sulbar, Jokowi Tinjau Kantor Gubernur

Awali Kunker Hari Ke-2 di Sulbar, Jokowi Tinjau Kantor Gubernur

Nasional
'MK yang Memulai dengan Putusan 90, Tentu Saja Mereka Pertahankan...'

"MK yang Memulai dengan Putusan 90, Tentu Saja Mereka Pertahankan..."

Nasional
Beda Sikap soal Hak Angket Pemilu: PKB Harap Berlanjut, PKS Menunggu, Nasdem Bilang Tak 'Up to Date'

Beda Sikap soal Hak Angket Pemilu: PKB Harap Berlanjut, PKS Menunggu, Nasdem Bilang Tak "Up to Date"

Nasional
Bima Arya Ditunjuk PAN Jadi Kandidat untuk Pilkada Jabar 2024

Bima Arya Ditunjuk PAN Jadi Kandidat untuk Pilkada Jabar 2024

Nasional
Guru Besar UI: Ironis jika PDI-P Gabung ke Kubu Prabowo Usai Putusan MK

Guru Besar UI: Ironis jika PDI-P Gabung ke Kubu Prabowo Usai Putusan MK

Nasional
Tak Anggap Prabowo Musuh, Anies Siap Diskusi Bareng

Tak Anggap Prabowo Musuh, Anies Siap Diskusi Bareng

Nasional
Bersama Pertamax Turbo, Sean Gelael Juarai FIA WEC 2024

Bersama Pertamax Turbo, Sean Gelael Juarai FIA WEC 2024

Nasional
Tanggapi Putusan MK, KSP: Bansos Jokowi Tidak Memengaruhi Pemilih Memilih 02

Tanggapi Putusan MK, KSP: Bansos Jokowi Tidak Memengaruhi Pemilih Memilih 02

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com