JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar Akbar Tandjung meminta partainya segera menggelar musyawarah nasional luar biasa untuk memilih ketua umum.
Akbar khawatir Partai Golkar akan kiamat apabila terus mempertahankan Setya Novanto sebagai ketua umum. Sebab, Novanto saat ini sudah berstatus tersangka kasus E-KTP dan juga sudah menjadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi.
"Golkar harus mempersiapkan diri menyiapkan kepemimpinan baru. Kalau tidak, saya takut betul ini kiamat bagi Golkar," kata Akbar dalam acara seminar pada ulang tahun Jusuf Wanandi ke-80 di Jakarta, Kamis (23/11/2017).
Baca juga: Setya Novanto yang Tak Tergoyahkan Vs Golkar yang Hampir Kiamat
Akbar mengatakan, saat ini dari berbagai survei suara Golkar terus menurun. Ia meyakini, Novanto akan semakin menggerus citra Golkar apabila tak segera diganti dari posisi ketua umum ataupun ketua Dewan Perwakilan Rakyat.
Menurut dia, bukan tidak mungkin suara Golkar anjlok sampai di bawah 4 persen pada pemilu dan tidak lolos ke parlemen.
"Golkar harus melakukan langkah perubahan kepemimpinan ke depan. Cara yang paling valid adalah munaslub," ucap Akbar.
Akbar pun menyesalkan keputusan rapat pleno DPP Golkar yang mempertahankan Novanto sampai adanya putusan praperadilan.
Baca juga: Surat Sakti Setya Novanto dari Balik Jeruji Besi...
Ia mengatakan, apabila hanya mengacu pada azas hukum, keputusan itu bisa diterima. Namun, ia menilai, seharusnya Golkar juga mempertimbangkan suara mayoritas masyarakat dan konstituen.
"Karena pada akhirnya masyarakatlah yang akan memilih Golkar," kata dia.
Rapat pleno DPP Partai Golkar, Selasa (21/11/2017), memutuskan mempertahankan Novanto baik sebagai ketua umum Golkar ataupun ketua DPR. Partai Golkar akan menunggu hingga adanya putusan praperadilan yang diajukan Novanto.
Keputusan ini sesuai surat yang ditulis Novanto dari dalam tahanan dan ditujukan ke pimpinan DPR serta DPP Golkar.