JAKARTA, KOMPAS.com - Satuan tugas terpadu dari TNI dan Brimob Polri berhasil mengevakuasi ratusan warga Kampung Kimbely dan Banti yang sempat disandera kelompok kriminal separatisme bersenjata selama beberapa hari.
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan, Polri mengantisipasi adanya perlawanan balik dari kelompok tersebut.
"Saya mantan Kapolda Papua, saya tahu. Kita hadapi," ujar Tito saat ditemui di LIPI, Jakarta, Selasa (21/11/2017).
Tito mengatakan, Polri akan melayani tantangan kelompok tersebut untuk berhadap-hadapan. Ia meyakini personel gabungan Brimob Polri dan TNI siap menghadapi mereka.
"Negara Indonesia ini kekuatan TNI-Polri jauh lebih besar daripada mereka," kata Tito.
(Baca juga: TNI-Polri Kembali Evakuasi 804 Sandera Kelompok Bersenjata di Papua)
Proses pembebasan sandera itu sendiri didahului sebuah operasi senyap yang dilakukan Kopassus dan Tim Intai Kostrad. Sebanyak 13 personel Kopassus dan 10 personel Kostrad ini sudah mengintai lokasi penyekapan sejak lima sebelumnya.
Mereka mengendap dan memantau pergerakan kelompok kriminal bersenjata yang membaur dengan warga sipil.
Kemudian, keesokan paginya, pasukan TNI dan Brimob bergerak menyerbu Kampung Kimbely dan Banti. Kelompok separatis bersenjata itu berhamburan menyelamatkan diri ke dalam hutan dan ke area ketinggian sambil menyerang aparat dengan tembakan bertubi-tubi.
(Baca: Detik-detik Menegangkan Operasi Senyap Kopassus dan Kostrad Bebaskan Sandera di Papua)
Setelah kelompok tersebut menghilang dari pandangan, aparat gabungan TNI dan Polri lain bergegas menuju dua kampung itu untuk membebaskan ratusan warga yang disandera.
Belakangan, warga yang dievakuasi bertambah sekitar 800 orang. Mereka merupakan warga asli Kampung Banti dan Kimbely. Ratusan warga meminta dievakuasi karena menipisnya persediaan obat dan makanan.