Lalu bagaimana jika kecepatan mobil tinggi?
Nah ini yang menjadi kemungkinan kedua. Jika laju kecepatan mobil tinggi, maka setelah naik ke trotoar, kecil kemungkinan mobil bisa dikendalikan.
Bahkan untuk membelokkan sedikit kemudipun sulit. Mobil akan “nyelonong” melibas trotoar yang hanya memiliki lebar kurang dari dua meter dan akhirnya akan tercebur saluran air.
Pertanyaan dari Lokasi Kecelakaan
Tentu menjadi pertanyaan, mengapa mobil akhirnya menabrak tiang penerangan jalan umum di jarak (20 meter) yang masih mungkin untuk membelok pada kecepatan rendah?
Atau, mengapa mobil tidak tercebur ke saluran air jika laju mobil saat itu dalam kecepatan tinggi?
Saya menanyakan dua kemungkinan ini kepada Kepala Sub Direktorat Penegakan Hukum (Kasubdit Gakkum) Lalu Lintas Polda Metro Jaya AKBP Budiyanto.
Ia menyatakan, belum bisa menyimpulkan karena semua masih harus diselidiki dan akan disimpulkan pada saatnya nanti.
Termasuk pertanyaan saya kepada Budiyanto, setelah melihat mobil Toyota Fortuner tersebut. Mengapa kaca yang pecah, di samping tempat duduk, Ketua DPR Setya Novanto, bukan di bagian kaca depan?
“Apakah Pak Setya Novanto terbentur kaca atau ada benturan lain yang mengakibatkan kaca penumpang belakang kiri itu pecah berkeping keping?” tanya saya kepada AKBP Budiyanto.
Karena, jika ada benturan akibat kecelakaan di bagian depan tentu kaca bagian depan yang pecah, bukan bagian samping.
Budiyanto juga belum bisa menjawab. Semua masih dalam tahap penyelidikkan, kata dia.
Masa depan sasus Setnov
Nama Novanto di pusaran dugaan korupsi sudah mencuat sejak kasus hak tagih Bank Bali tahun 1999 yang disebut merugikan negara ratusan miliar.
Kasus ini berakhir happy ending buat Novanto. Pada 18 Juni 2003, Jaksa Agung kala itu, MA Rachman, mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) untuk Novanto.