JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua SETARA Institute, Hendardi, meminta Presiden Jokowi mempercepat pergantian Panglima TNI yang saat ini masih dijabat Jenderal Gatot Nurmantyo.
Ia menilai percepatan pergantian Gatot akan mendisiplinkan TNI selaku alat negara yang berfungsi menjaga pertahanan negara.
Sebab, ia menilai hal tersebut belum berhasil dilakukan Gatot. Menurut dia Gatot justru menunjukan gelagat politik jelang memasuki masa pensiunnya.
"Kegaduhan yang sering dibuat Gatot dan politicking beberapa isu politik nasional oleh Panglima, hanya merusak organisasi TNI dan mengganggu agenda-agenda pembangunan dan kepemimpinan Jokowi," kata Hendardi dalam keterangan tertulis, Senin (13/11/2017).
(Baca juga : Pergantian Panglima TNI, Penumpukan Perwira Menengah, dan Gerbong Baru)
Ia menambahkan Jokowi bisa memulai untuk menyaring sejumlah nama yang akan dipilih sebagai pengganti Gatot, sebab proses uji kelayakan dan kepatutan di DPR memakan waktu cukup lama.
Hendardi menuturkan, sejumlah persoalan menanti calon Panglima TNI, yakni terkait soliditas, profesionalisme, kesejahteraan, reformasi peradilan militer, penanganan bisnis tentara, akuntabilitas anggaran, dan ketundukkan pada supremasi sipil.
Selain itu, ia meminta Jokowi memberlakukan tradisi bergilir sebab TNI memiliki tiga matra.
"Kepemimpinan baru haruslah sosok yang terbuka, reformis, dan satu padu dalam langkah dan perbuatan dengan Presiden Jokowi sebagai Panglima Tertinggi TNI," papar Hendardi.
"Gagasan dan program kemaritiman Jokowi, juga bisa jadi pertimbangan kebutuhan mencari sosok Panglima TNI yang mendukung penguatan pembangunan kemaritiman," lanjut dia.