JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar pahlawan kepada empat tokoh Indonesia, salah satunya yakni TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dari Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Zainuddin adalah ulama kharismatik kelahiran Kampung Bermi, Desa Pancor, Kecamatan Rarang Timur, Lombok Timur , Nusa Tenggara Barat pada 20 April 1908.
Dari bebagai literasi, jasanya terhadap perkembangan nasionalisme dan agama di NTB menumpuk. Mulai dari memoderenisasi lembaga pendidikan Islam di era penjajahan, pelopor penyerangan markas NICA, hingga melakukan propaganda anti Belanda.
Namun tidak banyak orang yang tahu bahwa Zainuddin punya julukan santri jenius. Julukan itu disematkan lantaran ia berhasil menyelesaikan studi di Madrasah al-Shaulatiyah Mekkah, Arab Saudi pada 1933 dengan predikat istimewa.
Zainuddin adalah salah satu orang Lombok yang beruntung dilahirkan di kelurga mampu sehingga bisa mengecap pendidikan ke Mekkah sejak 1923-1934.
Baca juga : Jokowi Anugerahkan Gelar Pahlawan kepada 4 Tokoh
Di Madrasah al-Shaulatiyah, Zainuddin hanya perlu waktu 6 tahun untuk menyelesaikan studinya itu. Padahal waktu normal belajarnya mencapai 9 tahun.
Prestasi akademiknya sangat membanggakan. Bahkan, ijazahnya yang ditulis tangan langsung secara istimewa oleh seorang ahli khath terkenal di Mekkah, al-Khathtath Syaikh Dawud ar-Rumani.
Bila biasanya ijazah ditulis lulus dalam ujian atau menyelesaikan pelajarannya, maka tidak dengan Zainuddin.
"Diberikan gelar yang melekat pada pemilik Ijazah ini: Al-Akh Al-Fadhil Al-Kamil Al-Syaikh Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Alanfanny," seperti dikutip dari naskah akademik pengusulan gelar pahlawan nasional kepada Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Jumat (10/11/2017).
Baca juga : Alasan Pemerintah Tak Pilih Gus Dur sebagai Pahlawan Nasional
Bila diterjemahkan maka artinya "Saudara yang mulia, sang jenius sempurna, guru terhormat Zainuddin Abdul Madjid". Bahkan, menurut dokumen yang sama, sebagian guru besar Zainuddin menyebutnya Sibawaihi Zamaanihi atau yang tidak tertandingi.
Hal itu merujuk kepada nilai ijazah Zainuddin yang seluruhnya bernilai 10 dalam semua mata pelajaran.
Selain itu, ijazah Zainuddin ditandatangi delapan guru besar di madrasah tersebut.
Baca juga : Pemerintah Pilih Tokoh dari Aceh, Riau dan NTB jadi Pahlawan Nasional
"Cukup satu murid Madrasah al-Shaulatiyah asalkan seperti Zainuddin yang semua jawabannya menggunakan syair termasuk ilmu falak yang sulit sekalipun," kata cucu pendiri Madrasah al-Shaulatiyah, Maulanas Syaikh Salim Rahmatullah.
Madrasah al-Shaulatiyah merupakan madrasah pertama sebagai permulaan baru dalam pendidikan Arab Saudi. Madrasah ini juga dikenal legendaris lantaran menghasilkan ulama-ulama besar diantaranya pendiri NU Kyai Haji Hasyim Asyari dan pendiri Muhamadiyah Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Pasca menyelesaikan studinya itu, Zainuddin sempat tinggal dibantahnya di Mekkah dan selanjutnya kembali ke Lombok untuk siar Islam dan mengembangkan pendidikan modern di Lombok.