Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menunggu Dua Keajaiban Terkait Novel Baswedan dari Singapura (Bag 2)

Kompas.com - 04/11/2017, 09:05 WIB
Amir Sodikin

Penulis

Meski ia mendengar pimpinan KPK belum memberi lampu hijau untuk menerbitkan rekomendasi TGPF, namun Novel tak mau berkomentar lebih lanjut. Novel memang meyakini, dalam penyerangan terhadap dirinya, seorang jenderal polisi diduga terlibat dan polisi menyangkal dugaan itu, sehingga wajar jika kasusnya berlarut-larut.

Karena itu, ia berharap ada tim independen yang bisa memeriksa kasus ini. TGPF adalah solusi yang diharapkan Novel.

Novel memahami ada tarik-menarik terhadap pembentukan TGPF ini karena usulan TGPF ini sebenarnya sudah lama. Namun, ia mengaku tidak tahu apa yang menjadi ganjalan pembentukan TGPF ini. "Tidak tahu saya (apa yang sedang terjadi), saya juga hanya membaca di media," kata Novel.

Ditanya apakah lambatnya pimpinan KPK mengambil keputusan tersebut terkait dengan kemungkinan pertimbangan politik, Novel kembali mengatakan tak tahu apa yang terjadi. Pembentukan TGPF ini akan menjadi "keajaiban" pertama jika benar-benar bisa disetujui dan direalisasikan.

Tantangannya tidak mudah jika usulan pembentukan TGPF harus dari lima orang pimpinan KPK saat ini. Kali ini, ujian berat justru ada pada kepemimpinan kolegial KPK.  Biasanya, tekanan dan ujian berat itu ada di Presiden.

Kali ini situasinya lain, diduga karena terkait tudingan yang selama ini dialamatkan pada jenderal polisi yang diduga terlibat. Posisi KPK tak sesederhana yang dibayangkan banyak orang. Akhirnya, harapan terakhir ada di tangan Presiden Jokowi langsung.

Istri penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan, Rina Emilda (kiri foto) dalam konfrensi pers di kediamannya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, nampak memegang handphone untuk menunjukan kondisi suaminya Novel pasca operasi tahap pertama. Novel diketahui menjadi korban penyiraman dengan cairan yang diduga air keras oleh orang tak dikenal. Senin (28/8/2017).Kompas.com/Robertus Belarminus Istri penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan, Rina Emilda (kiri foto) dalam konfrensi pers di kediamannya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, nampak memegang handphone untuk menunjukan kondisi suaminya Novel pasca operasi tahap pertama. Novel diketahui menjadi korban penyiraman dengan cairan yang diduga air keras oleh orang tak dikenal. Senin (28/8/2017).
Presiden Joko Widodo dalam keterangannya kepada wartawan saat meresmikan tol Becakayu pada Jumat (3/11/2017), mengatakan akan memanggil Kepala Polri terkait kasus serangan kepada Novel Baswedan. Namun, Jokowi belum menjanjikan adanya TGPF.

Jokowi tidak menjawab apakah ia bersedia untuk membentuk tim pencari fakta tersebut. Ia hanya menegaskan akan terlebih dulu memanggil Kapolri untuk menanyakan perkembangan kasus Novel.

"Oh. Nanti-nanti lah. Kapolri saya undang, saya panggil. Prosesnya sudah sejauh mana yang jelas semua masalah harus gamblang, harus jelas, harus tuntas," kata Jokowi.

Baca juga : 3 Bulan Berlalu, Jawaban Jokowi soal Kasus Novel Tak Berubah...

Pembentukan TGPF adalah sebuah keajaiban jika disetujui mengingat intensitas konflik kepentingan dalam kasus ini. Dugaan "orang kuat" bermain di kasus ini memang sering disampaikan Novel.

Namun, jika Presiden pada akhirnya memutuskan membentuk TGPF tanpa rekomendasi KPK, dan pada akhirnya TGPF mampu mengungkap kasus Novel ini, publik pasti makin kesulitan bagaimana memosisikan para pimpinan KPK. Akan ada banyak sangkaan, mulai dari dugaan persoalan soliditas para pimpinan KPK hingga dugaan politik di dalamnya. 

Kondisi seperti ini harus diantisipasi KPK, mengingat KPK memang tak perlu mempertimbangkan politik dalam setiap mengambil keputusan.  

TGPF memang "keajaiban" pertama yang ditunggu Novel Baswedan dari negeri jiran Singapura. Banyak kalangan berharap, "keajaiban" pertama ini akan terjadi, dengan atau tanpa rekomendasi pimpinan KPK.  

Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan menjalani pemeriksaan usai penyerangan terhadap dirinya, Jakarta, Rabu (25/10/2017).Dokumentasi KPK Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan menjalani pemeriksaan usai penyerangan terhadap dirinya, Jakarta, Rabu (25/10/2017).

Keajaiban kedua: penyembuhan mata kiri

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Novel disiram air keras seusai menunaikan shalat subuh di Masjid Al-Ikhsan, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada 11 April 2017. Akibat kejadian itu, Novel harus dirujuk ke sebuah rumah sakit di Singapura hingga kini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Nasional
Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Nasional
Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Nasional
Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com