Di Lamongan ada makam Sunan Drajad, di Gresik ada makam Sunan Giri, Syekh Maulana Malik Ibrahim dan di Tuban selain ada Pesantren Langitan ada makam Sunan Bonang.
Gresik juga terkenal sebagai kota santri karena banyak sekali pondok pesantren. Pesantren-pesantren di Tuban, Lamongan dan Gresik juga bagian dari obyek turisme relegius dan penelitian bidang pendidikan dari orang-orang Barat.
“Makam-makam para tokoh Islam itu didatangi para peziarah bukan di pagi sampai sore, tapi juga di tengah malam. Para peziarah dan turis mengalir selama 24 jam ke makam Sunan Giri di atas bukit yang banyak mengandung bahan untuk semen dan situs tempat Sunan Kalijogo bertapa di bukit Surowiti,” kata seorang anggota DPR Kabupaten Gresik, Asroim kepada saya.
Menurut Gus Maksum Jauhari, salah satu pengasuh Pondok Pesantren Langitan, di makam para Sunan atau tempat-tempat mereka bertapa, selalu mengandung sumber energi seperti gas alam, minyak bumi atau bahan untuk semen.
“Coba perhatikan tempat bertapanya Sunan Kalijogo di Sorowiti dan Sunan Giri,” ujarnya.
Pluralistis
Suatu hal menarik di wilayah para Wali Songo ini, sejak dulu juga telah berkembang di kalangan masyarakat di wilayah tersebut budaya menerima perbedaan agama dengan damai.
Wilayah yang penuh dengan kultur dialog dan saling menerima perbedaan itu ditunjukan oleh seorang anggota DPRD Kabupaten Lamongan, Ujiek Silvian Effendy.
“Di sekitar alun-alun Desa Mbalun itu sejak dulu kala telah ada mesjid, gereja, pura, klenteng dan seterusnya. Hal biasa di dalam satu rumah, satu keluarga, ada yang beragama Islam, Kristen dan Hindu atau Budha,” ujarnya.
Di Desa Durikedungjero, Kecamatan Ngimbang, Lamongan selatan, juga telah lama berkembang tradisi pluralistis. Di desa yang saat ini dipimpin Kepala Desa Septi Wahyu Krisdayanto otu punya kelompok kesenian reog yang tak kalah bagusnya yang ada di Ponorogo.
“Tolong sampaikan ke Presiden Joko Widodo, rombongan reog Desa Turikedungjero ini bisa ditampilkan di istana. Cukup layak kok,” ujar Ujiek kepada Eni Maulani Saragih, ketua umum Lembaga Pemberdayaan Masyarakat atau LPM yang juga warga Muslimat Nahdlatul Ulama itu.
Kembali soal Desa Mbalun di Lamongan Utara. Menurut Kepala desanya, Khusyairi, hampir tiap hari ada rombongan dari perguruan tinggi dari Jakarta, Bandung dan luar negeri datang ke Desa Mbalun untuk melihat hidup bersama dalam perbedaan ini.
“Orang-orang yang datang itu menyebut desa ini desa Pancasila. Hampir tiap hari banyak turis datang ke sini,” ujar Khusyairi.
Khusyairi mengatakan dirinya hanya penerus yang menjaga pluralisme di kawasan para Walisongo ini.
“Desa ini pernah didatangi Presiden Abdurrahman Wahid. Saya kini melanjutkan petuah beliau. Tolong sampaikan Istana Presiden di Jakarta dan seluruh Indonesia,” kata Khusyairi kepada Eni Maulani Saragih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.