Hari itu, Novel bercerita lepas, seolah tanpa beban. Ditingkahi dengan cerita lucu-lucu dan menggembirakan dari rekan-rekan Novel yang datang salat berjamaah di masjid itu.
Novel berkelakar soal rekannya yang terbiasa merokok. "Nanti di Singapura, kamu sudah tak bisa merokok lagi di pinggir jalan, bisa kena denda. Ada hadiahnya lho bagi pelapor. Nanti saya akan laporkan, saya dapat uangnya. Kita bagi dua ya," canda Novel sambil terkekeh.
Berbagai obrolan ringan yang ia lontarkan, tampak bahwa Novel juga belajar banyak bagaimana Singapura mengelola negaranya. Singapura dengan segala disiplinnya, telah membuat Novel lebih merasa aman saat berjalan sendirian di negeri orang.
Apakah tidak takut jika jalan sendiri? Apakah tak khawatir jika ada orang yang membuntuti? Novel tersenyum menggeleng.
Baca juga : Rabu Ini, Novel Baswedan Jalani Pemeriksaan Mata Lanjutan
Ngobrol ringan bersama rekan-rekannya, membuat Novel tampak lebih santai. Kini, Novel juga jauh tampak lebih bugar dibanding saat pekan-pekan awal kasus penyerangan terhadap dirinya.
"Saya selalu jalan kaki tiap hari, paling tidak 7 kilometer tiap hari, paling sering jalan kaki menuju masjid untuk salat berjamaah," kata Novel berbagi tips bugar. Emosi Novel juga tampak terkontrol, tak ada letupan amarah yang ia tunjukkan ketika ditanya soal penyerangan terhadap dirinya.
Ia juga tak mengobral tudingan ke pihak-pihak lain, juga tak menyalahkan pihak lain. Satu-satunya yang menjadi perhatian dia adalah harapan agar segera dibentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) atas kasus yang menimpa dirinya.
Novel mengaku, kini ia sedang menunggu operasi kedua terhadap mata sebelah kirinya.
"Harusnya Oktober, tapi belum bisa dilakukan karena selaputnya belum tumbuh. Syarat bisa dioperasi kalau sudah tumbuh baik. Memang tumbuh, tapi kata dokter tumbuhnya lambat," kata Novel.
Sebagai orang yang sangat "populer" di Indonesia, Novel tampak leluasa berada di Singapura tanpa pengawalan. "Dulu sempat didampingai dari KPK, tapi sekarang setelah sekian lama tidak lagi. Saya mengontak mereka kalau sedang membutuhkan saja," kata Novel.
Hari itu, hari Kamis yang biasanya Novel berusaha menepati puasa sunnah. "Tapi mungkin hari ini saya tidak puasa, keluarga datang menengok," katanya.
Keluarga Novel, istri dan anaknya, hari itu datang berkunjung. Novel sudah merencanakan bepergian bersama keluarganya. Di Singapura, Novel sudah paham tempat-tempat kuliner mana yang menyediakan makanan menarik dan lebih murah.
Baca juga : Diminta Bentuk TGPF Kasus Novel Baswedan, Ini Jawaban Ketua KPK
Usai salat dhuha, kami berpamitan. Novel tampak berjalan diiringi dua orang rekannya menuju apartemen tempat ia menginap. Saya yakin ia aman dikawal rekan-rekannya yang sangat respect dengan perjuangan Novel.
Dari kejauahan, saya memandangi dari belakang sosok penyidik yang khas ini. Penyidik yang tak pernah mengenal kompromi ketika bekerja menelisik kasus-kasus korupsi pejabat di Indonesia, sekalipun itu menyangkut pejabat tinggi yang berpengaruh.