JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Sub Auditorat III Auditorat Keuangan Negara Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Ali Sadli, tidak hanya didakwa menerima suap Rp 240 juta dari pejabat Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Dalam surat dakwaan jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Ali diduga menerima gratifikasi berupa uang Rp 10,5 miliar dan 80.000 dollar Amerika Serikat.
Selain itu, ia diduga menerima hadiah berupa satu unit mobil Mini Cooper.
"Terdakwa menerima gratifikasi yang berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya," ujar jaksa KPK Muh Asri Irwan saat membaca surat dakwaan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu (18/10/2017).
Menurut jaksa, selama 2014 hingga 2017, dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya terdakwa menerima gratifikasi berupa uang dan barang-barang.
Baca: Auditor BPK Rochmadi Saptogiri Didakwa Terima Gratifikasi Rp 3,5 Miliar
Pertama, pada Mei 2015, Ali menerima Rp 3,8 miliar. Beberapa di antaranya dari Apriyadi Malik dan Antonius Hengki Nursalim.
Kemudian, pada September 2015, Ali menerima Rp 879 juta. Pada April-Mei 2016, Ali menerima uang Rp 494 juta.
Selanjutnya, pada Juni 2016 hingga April 2017, Ali Sadli menerima uang Rp 383 juta. Kemudian, pada Juni 2016 hingga Mei 2017, Ali menerima uang Rp 416 juta.
Kemudian, pada Juli hingga Oktober 2016, Ali menerima Rp 481 juta. Pada September 2016, Ali menerima uang Rp 990 juta.
Menurut jaksa, pada 2016, Ali Sadli melalui Choirul Anam, salah satu auditor BPK, menerima uang secara bertahap sebanyak empat kali. Uang tersebut berjumlah total Rp 700 juta.
Baca: Auditor Utama BPK Rochmadi Saptogiri Didakwa Terima Suap Rp 240 Juta
Pada Februari 2017, Ali Sadli menerima Rp 240 juta. Selanjutnya, pada sekitar April 2017, Ali menerima uang dari Ending Fuad Hamidy sebesar 80.000 dollar AS.
Selanjutnya, pada April 2017, Ali menerima Rp 1,3 miliar dan Rp 700 juta. Kemudian, pada Mei 2017, Ali menerima Rp 85 juta.
Terakhir, pada Februari 2017, Ali menerima barang berupa satu unit mobil Mini Cooper tipe S F57 Cabrio A/T warna merah, tahun 2016. Mobil tersebut pemberian dari Tommy Adrian.
"Bahwa sejak menerima uang, terdakwa tidak melaporkan kepada KPK sampai batas waktu 30 hari kerja, sebagaimana yang dipersyaratkan dalam undang-undang," kata jaksa KPK.
Dengan demikian, menurut jaksa, uang Rp 10,5 miliar, 80.000 dollar AS dan mobil Mini Cooper tersebut harus dianggap sebagai suap.
Atas dugaan penerimaan gratifikasi itu, Ali didakwa melanggar Pasal 12 B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dalam UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.