JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Nasdem akan bekerja lebih keras menjelang tahun politik untuk meningkatkan elektabilitasnya.
Hal itu menanggapi hasil survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC).
Survei SMRC menunjukkan, elektabilitas parpol pendukung Jokowi cenderung stagnan, kecuali PDI Perjuangan. Sebab, Jokowi merupakan kader PDI-P.
"Setidaknya (survei) mengingatkan kami untuk bekerja lebih keras menyongsong pemilu legislatif," kata Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Johnny G Plate saat dihubungi, Jumat (6/10/2017).
Baca: Survei SMRC: Elektabilitas Parpol Pendukung Jokowi Stagnan, kecuali PDI-P
Johnny mengatakan, elektabilitas partai politik dipengaruhi banyak aspek. Selain karena pengaruh dari figur Jokowi, efek lainnya yang memengaruhi secara signifikan efek elektoral partai adalah infrastruktur partai dan kredibilitas pengurus partai hingga tingkat desa.
"Khususnya daftar caleg yang potensial peraup suara banyak di setiap jenjang dan sebaran dapil secara nasional," ujar Anggota Komisi XI DPR itu.
Nasdem sudah melakukan survei mandiri terkait signifikansi dukungan untuk Jokowi terhadap elektabilitas partai. Namun, ia belum bisa membeberkan hasilnya kepada publik.
"Kami tentu juga punya informasi internal dan masih untuk konsumsi internal," kata dia.
Baca: Elektabilitas Parpol Pendukung Jokowi Disebut Stagnan, Ini Kata Golkar
Hasil survei SMRC menunjukkan, elektabilitas PDI Perjuangan unggul jauh dari parpol lainnya yakni 27, 1 persen.
Kemudian, disusul Golkar dengan 11,4 persen, Gerindra 10,2 persen, dan Demokrat 6,9 persen, Partai Kebangkitan Bangsa 5,5 persen.
Berdasarkan tren pilihan parpol secara semi terbuka, hasil surveinya juga sama. Survei ini menunjukkan, jika dibandingkan Pemilu 2014, semua parpol pendukung Jokowi kecuali PDI Perjuangan elektabilitasnya cenderung stagnan.
"Misal Golkar dapat 14 persen, sekarang pada posisi 11,4 persen. Tapi PDI Perjuangan satu-satunya parpol yang kecenderungan suaranya menguat dan terlihat di trennya," kata Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan.
Djayadi berasumsi, hal itu terjadi karena parpol utama pendukung Jokowi adalah PDI Perjuangan. Alhasil hanya partai ini yang terkatrol karena efek Jokowi.