Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agus Suntoro
Peneliti BRIN

Penulis adalah Koordinator Kelompok Riset Hukum Lingkungan, Sumber Daya Alam dan Perubahan Iklim, pada Pusat Riset Hukum Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Penyelesaian Pelanggaran HAM, Tantangan Anggota Komnas HAM 2017–2022

Kompas.com - 05/10/2017, 19:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

PADA 3 Oktober 2017, Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI telah menetapkan 7 (tujuh) anggota Komnas HAM RI terpilih periode 2017-2022. 

Penetapan itu dilakukan setelah melalui serangkaian fit and proper test yang dimulai dari penyusunan makalah sampai proses wawancara terhadap 14 (empat belas) calon. Merujuk latar belakang calon terpilih, secara umum adalah pegiat HAM melalui berbagai lembaga swadaya masyarakat, akademisi, advokat, dan petahana. 

Ketujuh orang yang lolos seleksi menjadi anggota Komnas HAM tersebut adalah Mohammad Choirul Anam, Beka Ulung Hapsara, Ahmad Taufan Damanik, Munafrizal Manan, Sandrayati Moniaga, Hairansyah, dan Amiruddin Al Rahab.

Salah satu hal yang paling menonjol dan mendapat perhatian Komisi III DPR RI adalah dorongan bagi calon terpilih untuk menuntaskan pelanggaran HAM yang berat di masa lalu.

Meskipun disadari bahwa penuntasan pelanggaran HAM yang berat, terutama membawa pelaku untuk disidangkan di Pengadilan HAM sekaligus pemulihan hak-hak korban, bukan tanggung jawab mereka semata, akan tetapi juga memerlukan niat politik pemerintah.

Namun demikian, independensi, sikap tegas, dan kemampuan berkoordinasi sekaligus “berkonfrontasi” dari perspektif hukum dan HAM dengan Kejaksaan Agung RI dan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, menjadi keharusan yang tidak bisa dihindari.

Baca juga: Komisi III DPR Sahkan Tujuh Komisioner Baru Komnas HAM

Sebagai catatan, masih terdapat 8 (delapan) kasus pelanggaran HAM yang berat yang penuntasannya belum menunjukan hasil yang menggembirakan.

Di antaranya: Peristiwa 1965-1966, Peristiwa Penembakan Misterius 1982-1985, Peristiwa Talangsari 1989, Peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa, Peristiwa Kerusuhan Mei 1998, Peristiwa Triksakti, Semanggi I dan Semanggi II, dan Peristiwa Wasior, dan Peristiwa Wamena.

Sedangkan saat ini proses penyelidikan yang masih berjalan adalah Kekerasan Paniai 2014, Peristiwa Pembunuhan Dukun Santet 1998–1999 dan beberapa lainnya yang terjadi di Aceh.
Untuk menghadapi tantangan tersebut maka diperlukan kemampuan dari para calon terpilih yang setidak-tidaknya:

Pertama
, sebagai implementasi dari Prisip-prinsip Paris 1993 kepada Institusi Nasional Hak Asasi Manusia (NHRI), maka diperlukan sikap idependensi dari anggota yang terpilih. Tindakan tersebut harus imparsial dan objektif, tidak hanya mengikuti keinginan penguasa yang direpresentasikan pemerintah, akan tetapi benar-benar mempedomani instrumen HAM dalam penyelesaian pelanggaran HAM yang berat.

Perlu disadari pula pada 2019 akan menjadi tahun politik berupa pemilihan Presiden – Wakil Presiden RI yang menjadikan penyelesaian pelanggaran HAM menjadi komoditas, untuk itu perlu benar-benar menjaga independensinya.

Kedua, memiliki kemampuan analisis hukum dan HAM yang mumpuni, mengingat bahwa dalam proses penyelidikan dan penuntasan pelanggaran HAM yang berat memiliki kekhususan, baik dari aspek materiil maupun formil yang berbeda dengan hukum pidana.

Tingkat kompleksitas pembuktian juga memperlukan penanganan yang serius, terlebih lagi untuk membuktikan adanya unsur sistematis dan meluas sebagai prasyarat untuk menentukan ada atau tidaknya pelanggaran HAM yang berat.

Ketiga, keahlian dalam komunikasi dan menjaga marwah kelembagaan, hal ini menjadi salah satu prasyarat karena dalam proses penuntasan pelanggaran HAM yang berat secara umum selalu bersinggungan dengan kekuasaan,

Aparat Penegak Hukum dan pihak-pihak yang memiliki otoritas yang kuat. Apabila hal-hal tersebut tidak dimiliki, maka akan menjadi hambatan dalam pelaksanaan mandat, terutama aspek penyelidikan.


Penyelesaian Pelanggaran HAM

Tantangan lain yang harus mulai dipikirkan dari calon anggota terpilih adalah memiliki visi dan konsep penyelesaian pelanggaran HAM yang terkait aspek korporasi, pemerintah (pusat dan daerah), serta aparat Kepolisian. Sebab ragam itulah yang mendominasi pengaduan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun belakangan ini.

Peserta mengikuti seleksi calon komisioner Komnas HAM di ruang Komisi III DPR, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (25/9). Sebanyak 14 calon komisioner Komnas HAM menjalani tes tertulis pembuatan makalah, selanjutnya akan mendalami pengetahuan kemampuan peserta dalam uji kelayakan dan kepatutan oleh Komisi III DPR yang akan dilaksanakan pada Kamis (28/9). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/aww/17. ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A Peserta mengikuti seleksi calon komisioner Komnas HAM di ruang Komisi III DPR, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (25/9). Sebanyak 14 calon komisioner Komnas HAM menjalani tes tertulis pembuatan makalah, selanjutnya akan mendalami pengetahuan kemampuan peserta dalam uji kelayakan dan kepatutan oleh Komisi III DPR yang akan dilaksanakan pada Kamis (28/9). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/aww/17.
Tentunya, kondisi ini bebarengan dengan semangat pemerintah yang menggiatkan pembangunan infrastruktur, industrialisasi, dan cukup ramah terhadap investasi.

Maka dampak yang muncul adalah dinamika atau gesekan dengan kelompok rentan, terutama pemilik lahan, masyarakat adat, korban penggusuran, konflik buruh dan problem Tenaga Kerja Asing (TKA), serta potensi konflik sosial yang dalam penanganan yang biasa dilakukan pendekatan keamanan.

Baca juga: Komnas HAM Anggap Perlindungan Kelompok Minoritas Masih Lemah

Anggota terpilih juga harus mampu bersikap pada isu yang sangat sensitif, misalnya pembangunan pabrik semen di Rembang, reklamasi di Teluk Jakarta dan Bali, pelibatan tenaga kerja asing pada proyek infrastruktur dan pertambangan untuk pekerjaan yang bukan ahli, penggusuran dengan dalih untuk kepentingan pembangunan, dan lain sebagainya.


Sikap atas Papua

Papua selalu menjadi objek sorotan, baik dalam dan luar negeri, terutama menyangkut aspek HAM. Diakui bahwa sejak lebih dari satu dekade, Papua telah mendapat alokasi dan perhatian pemerintah yang cukup besar, terutama aspek pembangunan fisik dan penyerahan Otonomi Khusus (Otsus).

Akan tetapi kenyataannya provinsi ini tetap tertinggal, kesenjangan sosial dengan warga pendatang masih terjadi. Aspek pemenuhan hak sipil dan politik juga selalu menjadi sorotan, terutama berkaitan dengan kekerasan terhadap masyarakati.

Bahkan peristiwa terakhir terjadi di Desa Oneibo, Distrik Tigi, Kabupaten Deiyai, Papua yang menyebabkan korban jiwa dari unsur masyarakat.

Dengan demikian, maka calon terpilih perlu ada yang memahami dan memitigasi persoalan HAM di Papua dan Papua Barat. Pendekatan yang coba dilakukan pemerintah dengan mekanisme pembangunan fisik, tampaknya belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat Papua.

Tuntutan penuntasan pelanggaran HAM masih kerap disampaikan, baik forum nasional dan internasional. Untuk itu, perlu dibangun kerangka dialog yang konstruktif untuk mencari solusi-solusi yang komprehensif.

Selain itu, pembentukan Komnas HAM Perwakilan Papua Barat yang sudah ditetapkan oleh Sidang Paripurna, perlu segera diimplementasikan oleh calon terpilih di lapangan guna merespon tuntutan penyelesaian pelanggaran HAM.

Dengan demikian, diharapkan calon terpilih benar-benar melaksanakan mandatnya dengan fokus pada tantangan-tantangan strategis tersebut, meminjam slogan pemerintah saat ini adalah kerja, kerja dan kerja dengan fokus pada outocome. Jadi selamat bekerja dan bekerja bersama …………

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

Nasional
Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

Nasional
Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Nasional
Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Nasional
5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Nasional
Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin 'Gemoy'

PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin "Gemoy"

Nasional
Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Nasional
Sinyal 'CLBK' PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Sinyal "CLBK" PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com