Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Busyro Muqoddas Nilai KPK Lemah soal Aris Budiman

Kompas.com - 28/09/2017, 17:50 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas heran sampai saat ini belum ada sanksi tegas yang diberikan kepada Direktur Penyidikan KPK Brigjen Pol Aris Budiman.

Aris Budiman menghadiri rapat Panitia Khusus Angket KPK di DPR beberapa waktu lalu, padahal sudah dilarang oleh Ketua KPK Agus Rahardjo.

"Kemarin saya ke sana (KPK) belum ada putusan tentang Dirdik ini. Mengapa lama sekali, pengawas internalnya lemah. Pengawas internal KPK lemah," kata Busyro ditemui usai diskusi, di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (28/9/2017).

"Tetapi lemahnya pengawas internal itu juga refleksi dari lemahnya pimpinan KPK," ujar Busyro yang juga Ketua PP Muhammadiyah itu.

(Baca juga: Ini Tiga Instruksi Pimpinan KPK Terkait Pemeriksaan Aris Budiman)

Busyro menuturkan, apabila tindakan yang dilakukan Aris Budiman memang benar suatu pembangkangan, sudah semestinya yang bersangkutan dikenai sanksi pelanggaran kode etik berat.

Maka dari itu, menurut dia, sesegera mungkin Aris Budiman dikembalikan dengan status tidak hormat. Namun sejauh ini, Busyro melihat pimpinan KPK sendiri kurang solid dan tegas menyikapi dugaan pelanggaran etik yang dilakukan Aris.

"Tidak tegas. Ada apa di balik itu saya tidak tahu. Sebaiknya (dia) dikembalikan segera. Kemudian Dirdik ini diangkat dari penyidik internal yang sudah memiliki kepribadian teruji, monoloyalitas teruji, independensi teruji," kata Busyro.

"Banyak di sana (KPK) itu. Saya tahu. Nama-namanya saya hafal kok," ujar dia.

Menurut Busyro salah satu penyebab lebih kompleksnya masalah yang dihadapi KPK saat ini, bersumber dari pengaruh eksternal yang berdampak ke internal.

"Itu ditandai dengan tampilnya Dirdik yang sudah dilarang datang ke pansus, justru datang dan mengumbar sejumlah pernyataan," ucap Busyro.

(Baca juga: Apakah "Win-win Solution" Cara Terbaik Akhiri Masalah Novel Baswedan dan Aris Budiman?)

Busyro melihat dugaan pelanggaran etik yang dilakukan Aris Budiman tersebut memang tidak berpengaruh signifikan terhadap proses pencegahan dan penindakan yang dilakukan KPK.

Namun, apabila kondisi psikologis yang berasal dari faktor eksternal itu tidak diatasi dengan solid oleh pimpinan KPK, maka masalah yang dihadapi akan lebih rumit dan tidak bisa dikendalikan.

Busyro menilai, pimpinan KPK seharusnya memastikan setiap pegawai KPK termasuk penyidik memiliki monoloyalitas pada nilai-nilai budaya organisasi.

"Saya tidak tahu, pimpinan KPK sekarang sudah memihak pada KPK yang independen atau lebih banyak memberikan toleransi kepada, katakanlah polisi, misalnya. Sehingga pos-pos penting lebih banyak polisi," kata dia.

Dia menegaskan tidak anti terhadap polisi. Namun, sesuai dengan Pasal 39 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, setiap orang yang masuk atau menjadi bagian dari KPK maka terikat dengan monoloyalitas pada nilai-nilai budaya organisasi.

"Kalau polisi tidak lepas dari kepolisiannya, bisa tidak dia monoloyalitas? Pasti loyalitas ganda. Pimpinan KPK ini masih dua tahun lagi kalau menurut perhitungan saya. Kalau tidak melakukan konsolidasi yang signifikan, maka dikhawatirkan dia akan meninggalkan legacy yang buruk," kata mantan Ketua Komisi Yudisial itu.

Kompas TV Langkah KPK di Tengah Kehadiran Pansus Angket
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

Nasional
Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

Nasional
Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Nasional
Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Nasional
5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Nasional
Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin 'Gemoy'

PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin "Gemoy"

Nasional
Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Nasional
Sinyal 'CLBK' PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Sinyal "CLBK" PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com