Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNPB Sebut Gejala Erupsi Gunung Agung Kondisinya Mirip Saat 1963

Kompas.com - 25/09/2017, 20:25 WIB
Moh. Nadlir

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan bahwa penduduk di sekitar Gunung Agung, Karangasem, Bali merasakan gejala erupsi yang mirip dengan letusan dahsyat 54 tahun silam, tepatnya pada 1963.

"Berdasarkan pengalaman yang mengalami letusan tahun 1963, mereka mengatakan apa yang mereka rasakan saat ini hampir setiap hari terjadi gempa bumi itu hampir mirip dengan ketika tahun 1963, ketika Gunung Agung belum meletus," kata Sutopo di kantor BNPB, Jakarta, Senin (25/9/2017).

Karena itu, masyarakat yang tinggal tak jauh dari kawasan gunung tersebut sudah meningkatkan kewaspadaannya demi menghindari bencana alam yang sama.

"Jadi dari tingkat kesiapsiagaan masyarakat pun meningkat," ucap Sutopo.

(Baca juga: Penduduk Diimbau Mengungsi, Ini Bahaya Awan Panas Gunung Agung)

Setelah level kewaspadaan Gunung Agung dinaikkan menjadi awas, aktivitas erupsi Gunung Agung terus meninggi. Bahkan, Sutopo menyataka bahwa Gunung Agung masuk fase kritis. Terjadi gempa kecil yang frekuensinya rata-rata 500 kali dalam sehari.

"Meski sudah level awas, Gunung Agung belum tentu meletus. Kapan secara pasti Gunung Agung akan meletus tidak tahu. Tak ada instrumen yang bisa memastikan kapan gunung meletus. Tapi berdasarkan pengamatan potensinya meletus tinggi," kata Sutopo.

Ia pun bercerita, pada 1963-1964 silam Gunung Agung pernah meletus hampir setahun lamanya. Ketinggian letusannya mencapai 20 kilometer yang memuntahkan air sulfat dan membumbung tinggi ke angkasa.

Akibat letusan tersebut, kurang lebih 1.549 orang meninggal dunia, 1.700 rumah rusak dan 225.000 kehilangan mata pencaharian, serta 100.000 mengungsi.

"Letusannya ekslusif. Temperatur bumi turun akibat letusan Gunung Agung itu. Dampaknya sangat besar dan mematikan," kata dia.

(Baca juga: PVMBG: Indikasi Letusan Gunung Agung Sudah Terlihat)

Cegah terulang

Demi mencegah korban jiwa yang sama, BNPB terus melakukan upaya evakuasi para penduduk yang tinggal di dekat kawasan rawan bencana (KRB), terutama yang sudah dipetakan pihaknya yakni 9-12 kilometer dari Gunung Agung.

Tak cuma itu, sistem peringatan dini dan alat pemantau yang menggunakan satelit juga digunakan untuk meminimalisir korban jatuh yang sama.

Gambar peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) yang diterbitkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mengetahui aliran lava, awan panas, abu vulkanik, dan material vulkanik lainnya dari letusan Gunung Agung, Karangasem, Bali. Jakarta, Senin (25/9/30/2017).KOMPAS.com/ MOH NADLIR Gambar peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) yang diterbitkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mengetahui aliran lava, awan panas, abu vulkanik, dan material vulkanik lainnya dari letusan Gunung Agung, Karangasem, Bali. Jakarta, Senin (25/9/30/2017).
Pemantauan dilakukan BNPB bekerja sama dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

"Saat itu belum ada sistem peringatan dini yang baik seperti sekarang. Jadi belum ada instrumentasi, kalau sekarang sudah ada. Termasuk berapa radius daerah yang harus kosong bagi masyarakat," kata Sutopo.

"Tahun 1963 itu belum ada hal itu, masyarakat tetap berada di sana, kemudian tiba-tiba terjadi letusan yang eksplosif yang seketika yang menimbulkan korban jiwa," ucap dia.

Pemahaman kepada penduduk akan bahaya letusan Gunung Agung pun terus diberikan. Ini termasuk persiapan menentukan titik lokasi pengungsian atau tempat evakuasi penduduk.

"Mereka akhirnya mengetahui bahwa Gunung Agung ketika hampir meletus mereka perlu melakukan evakuasi di mana. Titik-titik pengungsian pun sudah kami identifikasi, sudah kita siapkan bantuan logistik, personilnya. Bantuan yang lain termasuk kesehatan, sanitasi dan lainnya," tutur dia.

Kompas TV Hingga Senin (25/09) siang, status Gunung Agung masih pada posisi Awas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada, KPU Siap Sempurnakan Sesuai Saran MK

Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada, KPU Siap Sempurnakan Sesuai Saran MK

Nasional
Bongkar Pemerasan SYL, Jaksa KPK Bakal Hadirkan Sespri Sekjen Kementan di Pengadilan

Bongkar Pemerasan SYL, Jaksa KPK Bakal Hadirkan Sespri Sekjen Kementan di Pengadilan

Nasional
MK Minta Sirekap Dikembangkan Lembaga Mandiri, KPU Singgung Kemandirian Penyelenggara Pemilu

MK Minta Sirekap Dikembangkan Lembaga Mandiri, KPU Singgung Kemandirian Penyelenggara Pemilu

Nasional
Pelajaran Berharga Polemik Politisasi Bansos dari Sidang MK

Pelajaran Berharga Polemik Politisasi Bansos dari Sidang MK

Nasional
Prabowo-Gibran Akan Pidato Usai Ditetapkan KPU Hari Ini

Prabowo-Gibran Akan Pidato Usai Ditetapkan KPU Hari Ini

Nasional
Penetapan Prabowo-Gibran Hari Ini, Ganjar: Saya Belum Dapat Undangan

Penetapan Prabowo-Gibran Hari Ini, Ganjar: Saya Belum Dapat Undangan

Nasional
Prabowo-Gibran Sah Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Bakal Dilantik 20 Oktober 2024

Prabowo-Gibran Sah Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Bakal Dilantik 20 Oktober 2024

Nasional
[POPULER NASIONAL] Para Ketum Parpol Kumpul di Rumah Mega | 'Dissenting Opinion' Putusan Sengketa Pilpres Jadi Sejarah

[POPULER NASIONAL] Para Ketum Parpol Kumpul di Rumah Mega | "Dissenting Opinion" Putusan Sengketa Pilpres Jadi Sejarah

Nasional
Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com