Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Puan Maharani dan Revolusi Mental di Stadion Manahan, Solo

Kompas.com - 22/09/2017, 17:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLaksono Hari Wiwoho

SAYA masih menyimpan catatan-catatan kecil campursari dari acara pembukaan Pekan Kerja Nyata Revolusi Mental di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Jumat 25 Agustus 2017.

Dalam buku panduan acara yang dibagikan ke publik oleh panitia penyelenggara, dituliskan bahwa Presiden Joko Widodo akan hadir dan menyampaikan pidato pembukaan. Namun, Presiden tidak jadi atau batal menghadiri acara ini.

Sebagai pengganti, hadir Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani. Ia menyampaikan sambutan atau pidato pembukaan.

Pidato ini dipuji dua perempuan cantik dari Sulawesi Utara, yakni Bupati Bolaang Mongondow Yasti Soepredjo Mokoagow dan Wali Kota Kotamobagu Tatong Bara. Dua perempuan ini adalah kader andalan Partai Amanat Nasional (PAN).

"Bagus sekali Ibu Puan pe sambutan," kata Yasti dengan logat Sulawesi Utara yang kental. "Sapa kang (siapa sih) penasihat pembuatan teks pidato itu?" tanya Tatong Bara.

Di pesawat terbang dalam perjalanan pulang Jakarta, saya tanya siapa penulis teks pidato itu kepada Puan Maharani yang duduk di sebelah saya. "Saya sendiri. Saya sampaikan sambutan itu tanpa teks," ujar Puan.

"Melalui Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental, setiap kementerian/lembaga serta pemerintah daerah ditugaskan untuk mengambil alih langkah-langkah sesuai tugas, fungsi dan kewenangannya untuk menjalankan Gerakan Revolusi Mental," kata Puan di Stadion Olahraga di Solo yang sedang ditimpa panas terik sinar matahari siang itu.

Ratusan kepala desa/lurah dan puluhan gubernur, bupati/wali kota, hingga camat dari seluruh Indonesia hadir di tempat itu. Para pejabat yang hadir antara lain Menko Polkam Wiranto, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Mendagri Tjahjo Kumolo, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Menteri Kesehatan Nila S Moeloek, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Walikota Solo FX Rudianto dan seterusnya.

"Gerakan Nasional Revolusi Mental membutuhkan keteladanan. Salah satu wujud nyata keteladanan yang harus diwujudkan pemerintah adalah meningkatkan pelayanan publik, semakin ramah, dan semakin simpatik pada rakyat. Pelayanan yang tepat waktu, tepat prosedur, tepat biaya, tepat pelayanan yang memberikan kepuasan kepada rakyat," demikian kata Puan dalam pidato tanpa teks yang dipuji Yasti dan Tatong itu.

Kemudian Puan Maharani dan para pejabat yang hadir menggoyang-goyangkan badan bersama ratusan prajuit TNI, polisi, dan pelajar sekolah dalam irama lagu dangdut senam "Gemu Fa Mi Re".

"Nona manis putarlah ke kanan, ke kanan, ke kanan dan ke kanan ke kanan dan ke kanan manise," demikian bunyi sepenggal syair lagu berlogat wilayah Indonesia timur itu.

Usai acara di stadion yang dibangun menjelang rontoknya pemerintahan diktator Orde Baru di bawah Soeharto itu, Ketua Seknas Jokowi, M Yamin, meminta kepada saya, "Sekarang tulis dong yang bagus-bagus tentang Jokowi dan pemerintahannya."

Dengan suara lirih di tengah gemuruh musik goyang dangdut "Gemu Fa Mi Re", saya mengatakan, "Pemerintah ini perlu tulisan kritik, bukan kata-kata puji-pujian seperti manisnya gula yang menyebabkan sakit ginjal dan diabetes yang kemudian kaki dan tangan pemerintah diamputasi."

Setelah berbincang singkat dengan Yamin, saya membaca beberapa penggal kalimat di buku panduan acara Pekan Kerja Nyata Revolusi Mental yang baru pertama diselenggarakan di Indonesia ini.

"Revolusi Mental pertama dilontarkan Presiden Soekarno pada peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1956. Revolusi Mental adalah gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia menjadi manusia baru yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api menyala-nyala."

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Nasional
Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Nasional
Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com