Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eks Simpatisan ISIS: Bagaimanapun Saya Cinta Indonesia

Kompas.com - 15/09/2017, 10:13 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Nurshadrina Khaira Dhania (19) dan Lasmiati (40), seorang ibu rumah tangga, mengaku tidak pernah berpikir untuk melepas statusnya sebagai warga negara Indonesia saat memutuskan hijrah ke Suriah.

Keduanya termasuk dalam 18 WNI mantan simpatisan kelompok teroris Negara Islam Irak-Suriah atau ISIS yang kembali ke Indonesia pada pertengahan Agustus 2017 lalu.

Mereka berhasil meloloskan diri dari cengkeraman ISIS setelah selama lebih dari dua tahun tinggal di Suriah. Kenyataan hidup di Suriah yang tidak sesuai dengan propaganda dan janji yang digemborkan oleh ISIS membuat mereka ingin kembali ke Tanah Air.

"Saya tidak berpikir sejauh itu sih waktu itu. Hanya ingin hidup di sana, tidak berpikir untuk melepaskan kewarganegaraan Indonesia. Bagaimana pun saya cinta Indonesia," ujar Lasmiati dalam talkshow "Rosi" episode Pengakuan Anggota ISIS di Kompas TV, Kamis (14/9/2017).

(Baca juga: Bagai Dimabuk Cinta, Alasan WNI Ini Sempat Gabung ISIS di Suriah)

Lasmiati merasa tertipu dengan propaganda ISIS yang menjanjikan kehidupan layak di bawah naungan negara khilafah. Ternyata, apa yang dia baca soal ISIS melalui internet sama sekali tidak sesuai kenyataan.

Harapan akan kehidupan yang lebih baik pupus. Dia membayangkan kehidupan di Suriah layaknya kehidupan negara khilafah seperti zaman Nabi Muhammad. Namun, setelah sampai di sana dia tidak menemukan hal itu.

Bahkan, Lasmiati tidak diperbolehkan berinteraksi dengan warga asli Suriah. Paspor seluruh WNI pun disita oleh pihak ISIS sehingga mereka tidak bisa bepergian keluar dari wilayah kekuasaan ISIS.

"Janji dan propaganda saya telan mentah-mentah begitu saja. Dijanjikan kehidupan yang luar biasa. Saya membayangkan orang-orang di sana berlomba-lomba dalam kebaikan, tapi nyatanya setelah sampai di sana banyak sekali kotoran-kotoran. Tidak seperti yang saya baca," tutur Lasmiati.

"Makanya kami diam-diam dalam mencari penyelundup," ucapnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Nurshadrina, yang juga keponakan Lasmiati. Dia hanya ingin tinggal di bawah naungan ISIS yang banyak menjanjikan hal-hal baik. Salah satunya pendidikan gratis dan penghapusan utang.

Nurshadrina tidak berpikir untuk melepaskan kewarganegaraan Indonesia saat menjadi simpatisan ISIS.

"Saya juga tidak ada pikiran untuk melepaskan kewarganegaraan Indonesia. Saya cuma ingin tinggal di sana. Kami berpikir setelah di sana kami bisa keluar. Ternyata tidak, sampai di sana seperti penjara," kata dia.

Nurshadrina Khaira Dhania (19) salah satu dari 18 mantan simpatisan kelompok teroris Negara Islam Irak-Suriah atau ISIS yang kembali dari Suriah ke Tanah Air pada pertengahan Agustus 2017 lalu. Sumber: YouTube Kompas TV Nurshadrina Khaira Dhania (19) salah satu dari 18 mantan simpatisan kelompok teroris Negara Islam Irak-Suriah atau ISIS yang kembali dari Suriah ke Tanah Air pada pertengahan Agustus 2017 lalu.
Selama berada di Suriah, Nurshadrina diperlakukan secara tidak manusiawi oleh para anggota ISIS. Kaum perempuan yang berasal dari luar Suriah ditempatkan di sebuah asrama yang tidak layak dan kotor. Sementara kaum laki-laki dipaksa untuk ikut berperang.

Kaum perempuan didata berdasarkan statusnya, antara yang sudah berkeluarga, belum menikah dan janda. Setelah itu ditempatkan secara terpisah di asrama tersebut.

Nurshadrina menuturkan, hampir setiap hari para militan ISIS mendatangi asrama tersebut. Mereka mendatangi pimpinan asrama untuk meminta perempuan yang belum menikah atau janda untuk dijadikan istri.

Secara paksa, para militan ISIS itu melamar seorang perempuan yang disukainya tanpa peduli apakah perempuan itu mau atau tidak.

"Mereka meminta istri ke pimpinan asrama kami karena pimpinan asrama kami punya daftar siapa saja yang masih single dan yang janda. Mereka datang, 'saya mau yang ini', datang pagi-pagi untuk melamar dan sorenya sudah minta jawaban. Secepat itu minta jawaban, harus kawin," kata Nurshadrina.

"Saya secara pribadi, fighter ISIS itu menganggap perempuan hanyalah sebagai pabrik anak saja," tuturnya.

(Baca juga: Eks WNI Simpatisan ISIS: Perempuan Hanya Dianggap "Pabrik Anak")

Setelah tiba di Tanah Air, Nurshadrina dan Lasmiati berharap Pemerintah Indonesia mau menerima mereka kembali sebagai warga negara.

Meski demikian, mereka pun menyadari banyaknya kecaman dari masyarakat karena memutuskan bergabung dengan ISIS.

Bahkan mereka berjanji akan membantu pemerintah agar tidak ada lagi WNI yang mempercayai ajaran dan propaganda ISIS.

"Karena kami ingin kembali ke Indonesia. Kami sudah tidak mau di Suriah lagi. Karena di sana tidak benar, ya sudah kami pulang ke Indonesia saja. Saya yakin Insya Allah Indonesia akan menerima kami," ucap Lasmiati.

"Kami sudah yakin, sudah melihat sendiri apa yang terjadi di sana dan Insya Allah setelah kami di sini bisa membantu pemerintah agar jangan sampai ada yang seperti kami lagi," ujar Nurshadrina, menambahkan.

Kompas TV Diiringi pengawalan pasukan militer Suriah, 308 militan ISIS bersama keluarga mereka direlokasi ke wilayah Suriah bagian timur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal Pemilu Ulang Bisa Timbulkan Krisis, Kubu Ganjar-Mahfud: Alasan Mengada-ada

Soal Pemilu Ulang Bisa Timbulkan Krisis, Kubu Ganjar-Mahfud: Alasan Mengada-ada

Nasional
DPR Setujui Perpanjangan Waktu Pembahasan RUU KIA, Puan Ungkap Alasannya

DPR Setujui Perpanjangan Waktu Pembahasan RUU KIA, Puan Ungkap Alasannya

Nasional
Arus Mudik Lebaran 2024 Diperkirakan Melonjak, Komisi V DPR Minta Kemenhub Serius Siapkan Kelaikan Angkutan Umum

Arus Mudik Lebaran 2024 Diperkirakan Melonjak, Komisi V DPR Minta Kemenhub Serius Siapkan Kelaikan Angkutan Umum

Nasional
Yakin MK Tolak Gugatan Anies dan Ganjar, TKN: Gugatannya Tidak Masuk Akal

Yakin MK Tolak Gugatan Anies dan Ganjar, TKN: Gugatannya Tidak Masuk Akal

Nasional
Kemenko Polhukam Identifikasi 1.900 Mahasiswa Jadi Korban TPPO Bermodus 'Ferienjob' di Jerman

Kemenko Polhukam Identifikasi 1.900 Mahasiswa Jadi Korban TPPO Bermodus "Ferienjob" di Jerman

Nasional
Lewat Telepon, Putra Mahkota Abu Dhabi Ucapkan Selamat ke Gibran

Lewat Telepon, Putra Mahkota Abu Dhabi Ucapkan Selamat ke Gibran

Nasional
Cerita soal Saham Freeport, Jokowi: Seperti Tak Ada yang Dukung, Malah Sebagian Mem-'bully'

Cerita soal Saham Freeport, Jokowi: Seperti Tak Ada yang Dukung, Malah Sebagian Mem-"bully"

Nasional
Akui Negosiasi Alot, Jokowi Yakin Indonesia Bisa Dapatkan 61 Persen Saham Freeport

Akui Negosiasi Alot, Jokowi Yakin Indonesia Bisa Dapatkan 61 Persen Saham Freeport

Nasional
Kubu Ganjar-Mahfud Tolak Gugatan ke MK Disebut Salah Alamat oleh KPU

Kubu Ganjar-Mahfud Tolak Gugatan ke MK Disebut Salah Alamat oleh KPU

Nasional
Jokowi Gelar Buka Puasa di Istana, 2 Menteri PDI-P Tak Tampak

Jokowi Gelar Buka Puasa di Istana, 2 Menteri PDI-P Tak Tampak

Nasional
Polisi Tangkap 5 Tersangka Pengoplos BBM Pertalite Jadi Pertamax

Polisi Tangkap 5 Tersangka Pengoplos BBM Pertalite Jadi Pertamax

Nasional
Jokowi Buka Puasa Bersama Para Menteri, Duduk Semeja dengan Prabowo-Airlangga

Jokowi Buka Puasa Bersama Para Menteri, Duduk Semeja dengan Prabowo-Airlangga

Nasional
Skandal Pungli di Rutan, Dewas KPK Minta Seleksi Pegawai Diperketat

Skandal Pungli di Rutan, Dewas KPK Minta Seleksi Pegawai Diperketat

Nasional
Saat Karutan KPK Tutup Mata soal Pungli Berujung Sanksi Etik Berat...

Saat Karutan KPK Tutup Mata soal Pungli Berujung Sanksi Etik Berat...

Nasional
Kubu Ganjar Dalilkan Suaranya Nol, Tim Prabowo: Tak Ada Buktinya

Kubu Ganjar Dalilkan Suaranya Nol, Tim Prabowo: Tak Ada Buktinya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com