JAKARTA, KOMPAS.com - Survei kepuasan publik yang dirilis Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada Selasa (12/9/2017), menunjukkan kepuasan publik terhadap kinerja pemerintah merambat naik dalam tiga tahun terakhir.
Jika dibandingkan bidang hukum dan maritim, kepuasan publik terhadap bidang ekonomi naik paling signifikan.
Kenaikannya hampir dua kali lipat. Dari 30 persen pada 2014, menjadi 56,9 persen pada 2016.
Menanggapi hasil survei ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, semakin lengkapnya informasi yang tersebar luas mengenai kerja-kerja pemerintah, masyarakat menjadi tahu apa yang dilakukan dan telah dihasilkan oleh pemerintah.
Demikian pula dengan pembangunan-pembangunan yang dirasakan oleh masyarakat.
"Orang di Jakarta banyak yang marah-marah 'Ini apa sih? Di semua tempat ditutup-tutup, ke sana kemari, kita jadi susah'" ujar Darmin ditemui usai rapat Badan Anggaran DPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (13/9/2017).
"Tapi, lama-lama dia bilang 'Iya, sih. Berarti dari dulu enggak bikin, ya? Kemana aja?'" lanjut mantan Gubernur Bank Indonesia itu.
Pengalaman yang dirasakan dan dilihat sendiri oleh masyarakat ini, menurut Darmin, membuat hasil survei kepuasan publik yang dilakukan CSIS menunjukkan angka positif pada bidang ekonomi.
"Artinya dia (publik) mau bilang apa? Ya memang yang sekarang itu (pemerintah) bikin (membangun). Kira-kira begitu. Lama-lama orang makin melihat, ya pemerintah ini bikin," kata Darmin.
Sementara itu, mengenai kritik sejumlah pihak terhadap isu daya beli dan rendahnya penyerapan tenaga kerja, Darmin mengakui, hal ini menjadi pekerjaan rumah pemerintah yang harus diselesaikan.
"Kita itu memang idealnya pertumbuhannya supaya cukup, mestinya berapa? Tujuh persen. Tapi kan belum bisa," kata Darmin.
"Tapi tidak berarti 5 persen itu jelek. Enggak. Cuma tidak cukup bagus untuk memenuhi orang menjadi puas," kata dia.
Ditemui terpisah, Wakil Ketua DPR asal Fraksi Gerindra Fadli Zon tidak sependapat dengan hasil survei yang dikeluarkan CSIS.
"Saya kira masyarakat sekarang ini merasakan lah dalam masa tiga tahun, kehidupan ekonomi makin susah, mencari pekerjaan makin susah, daya beli makin lemah," kata Fadli.
"Pokoknya yang saya tangkap dari kunjungan-kunjungan saya ke lapangan, kehidupan ekonomi makin susah," lanjut dia.
Benarkah pernyataan Fadli? Mengutip data Bank Indonesia, survei penjualan eceran bulanan yang tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) sejak Januari 2015 hingga Juli 2017 menunjukkan tren positif.
Meskipun, ada beberapa kontraksi. Bahkan, IPR pada bulan puasa tiga tahun terakhir ini terus meningkat dari 204,2 (2015), 218,7 (2016), dan 232,4 (2017).
Secara musiman, konsumsi masyarakat pada bulan puasa cenderung naik dibandingkan bulan-bulan biasa.
Sementara, survei Bank Indonesia juga menunjukkan ada kenaikan indek bulan puasa dari tahun ke tahun.
Survei penjualan eceran ini merupakan metodologi yang digunakan untuk memperoleh informasi dini mengenai arah pergerakan produk domestik bruto dari sisi konsumsi.