Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Laptop Pinjaman dan Sambungan Internet Pertama di Ruang Redaksi Kompas

Kompas.com - 12/09/2017, 19:22 WIB
Heru Margianto

Penulis


PERSINGGUNGAN redaksi harian Kompas dengan Internet terjadi jauh sebelum Internet populer di Indonesia. Di awal hadirnya komputer di ruang redaksi, mulai terpikir untuk mencari cara pengiriman berita yang lebih efektif dan efisien.  

Baca: Kisah Komputer Pertama di Redaksi Harian Kompas

Tahun 1988 redaksi Kompas telah melakukan ujicoba pengiriman berita melalui jaringan komputer.

Pada tahun itu internet sebenarnya belum populer di Indonesia. Internet Service Provider (ISP) pertama saja, yaitu PT Indo Internet (Indonet), baru berdiri pada September 1994.

Selama ini, wartawan Kompas di luar kota, apakah ia koresponden atau sedang bertugas di luar kota, mengirimkan berita, tulisan, atau fotonya melalui kantor pos dengan pos kilat. Selanjutnya beralih ke kilat khusus, menggunakan jasa angkutan udara, teleks, dan faksimili.

Itu artinya, berita harus diketik ulang setibanya di redaksi sebelum diserahkan ke percetakan.

Ketika penggunaan komputer semakin berkembang, muncul wacana mencari cara baru dengan menggunakan teknologi. Divisi IT (Information Technology) belum dikenal.  

Ujicoba pengiriman berita melalui dua komputer yang terhubungkan dengan jaringan telepon melalui sebuah modem dilakukan oleh wartawan harian Kompas saat itu Mamak Sutamat dan Totok Purwanto.  Mamak menceritakan kisah ini dalam bukunya “Kompas, Menjadi Perkasa Karena Kata”.

Ujicoba dilakukan dari rumah Mamak di Kebon Jeruk dan rumah Totok di Tangerang.

Mulanya, Mamak dan Totok menghadap Manajer Redaksi Raymond Toruan untuk menyampaikan ide  tentang kemungkinan pengiriman berita melalui komputer. Raymond kemudian meminjamkan laptopnya kepada keduanya.

“Ini saya pinjamkan laptop yang memang sudah ada modemnya,” kata Raymond Toruan.

“Nyambungnya ke mana?” tanya Mamak.

“Beli saja modem lagi dan pasang di dekstop,” jawab Raymond.

Modem pun dibeli. Harganya Rp 300.000. Percobaan pengiriman berita dilakukan dengan pesawat telepon yang ada di meja kerja.

Teleks dan faksimili yang digunakan sebagai alat untuk pengiriman berita di harian Kompas sebelum era digital. KOMPAS/DJ PAMOEDJI Teleks dan faksimili yang digunakan sebagai alat untuk pengiriman berita di harian Kompas sebelum era digital.

Mamak dan Totok duduk bersebelahan mencoba mengirim berita antar-komputer melalui dua pesawat telepon. Program yang digunakan adalah Crosstalk.

Sambungan internet diawali dengan bicara per telepon. Mamak dalam posisi mengirim, Totok menerima.

“Setelah kontak telepon biasa, saya menghitung 1, 2, 3 dan kami sama-sama menekan tombol enter. Pembicaraan sudah tidak bisa dilakukan dan terdengar suara macam sirene. Gagang telepon diletakkan di tempatnya dan mata kami terus melotot ke monitor. Wah, gagal, karena tulisan connect-nya tidak segera muncul,” cerita Mamak.

Baca juga: Sejarah Internet di Indonesia dan Perannya Melengserkan Soeharto

Percobaan terus diulang berkali-kali hingga dinihari, kadang-kadang nyambung tapi terus putus lagi. Akhirnya, keduanya sadar, sambungan antarkomputer memerlukan kejernihan dan agak sulit apabila jaringan telepon sudah melewati PABX.

Keduanya lalu sepakat untuk mencoba dari rumah ke rumah.

Namun, laptop hanya ada satu. Raymond tidak menyetujui pembelian laptop lagi. Tidak putus asa, Mamak dan Totok mencari cara untuk bisa mendapatkan laptop.

“Kami mencari komputer pinjaman dengan ‘mengakali’ penjual komputer. Kami katakan kepada penjual komputer, Kompas ingin membeli laptop. Masuklah dua penawaran yang setuju barangnya diuji selama satu pekan,” kata Mamak.

Bermodalkan laptop “pinjaman”, percobaan diadakan dari rumah Mamak di Kebon Jeruk, Jakarta, dan rumah Totok di Tangerang. Sekali-kali percobaan sambungan juga didakan di luar kota. Hasilnya, sukses!

Akhirnya, dengan berbagai alasan, laptop dikembalikan kepada penjualnya. Laptop tak jadi dibeli. Yang penting, percobaan sudah  berhasil. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Nasional
Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Nasional
KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

Nasional
Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Nasional
Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Nasional
Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Nasional
Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Nasional
Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Nasional
Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com