JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau 2017 berakhir pada akhir Oktober atau awal November.
Hal itu dikatakan Kepala BMKG Andi Eka Satya di Kompleks Istana Presiden, Selasa (12/9/2017).
"Dari sisi hujan, prediksinya musim hujan akan mulai sekitar bulan Oktober-November, sehingga diharapkan kekeringan itu akan berakhir bulan-bulan itu," ujar Andi.
BMKG mencatat, terdapat sejumlah daerah yang mengalami kekeringan akibat musim kemarau, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Khusus Provinsi NTT, lanjut Andi, musim hujan diprediksi datang lebih lambat, yakni akhir November atau awal Desember.
"Provinsi Jawa Barat mungkin lebih dulu datang musim hujannya dibandingkan NTT. NTT mungkin akhir November atau awal Desember baru datang musim hujan dan itu akan merata (di Indonesia)," ujar Andi.
BMKG juga telah memberikan peringatan kepada pemerintah provinsi yang diprediksi dilanda kekeringan.
"BMKG rutin memberikan informasi. Bulan pertama memasuki musim kemarai, April, kami sudah kasih informasi kemarau tahun ini akan lebih kering dibandingkan 2016. Tetapi lebih basah dibandingkan 2015," ujar Andi.
Dalam rapat terbatas di Kantor Presiden, Selasa siang, yang dipimpin Presiden Jokowi, lanjut Andi, Presiden Jokowi menginstruksikan sejumlah menteri untuk mengantisipasi dampak negatif kekeringan.
"Masing-masing menteri diminta mengambil langkah sesuai dengan kewenangannya. Misalnya Kemen PUPera punya program sendiri, BNPB punya program sendiri, gubernur-gubernur juga punya program sendiri," ujar Andi.