JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti dari Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Miko Ginting menilai saran mengembalikan fungsi penuntutan tindak pidana korupsi (tipikor) ke Kejaksaan, justru akan menghambat agenda pemberantasan korupsi.
Menurut Miko, saat ini kejaksaan berwenang mengusus kasus korupsi dalam kewenangannya sebagai penyidik dan penuntut.
Jaksa Agung diminta berkaca atas kerja kejaksaan selama ini. Kejaksaan harus bisa membuktikan apakah selama ini upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan sudah optimal.
"Sekarang kan tinggal membuktikan saja, apakah Kejaksaan sudah optimal mengusut kasus korupsi dengan kewenangan yang ia miliki sebagai penyidik dan penuntut?" ujar Miko saat dihubungi, Senin (11/9/2017).
(baca: Menurut Jaksa Agung, OTT Kerap Bikin Gaduh)
Miko berpendapat, upaya pemberantasan korupsi oleh Kejaksaan saat ini belum maksimal. Dia mencontohkan dua kasus korupsi yang ditangani oleh Kejaksaan.
Kedua kasus tersebut melibatkan mantan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, La Nyalla Mattalitti dan mantan Menteri ESDM Dahlan Iskan.
La Nyalla didakwa menyalahgunakan wewenang dalam penggunaan dana hibah dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun 2011 hingga 2014.
Jaksa menilai La Nyalla telah terbukti melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara.
(baca: La Nyalla Divonis Bebas)
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.