Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Gus Dur dan Megawati Bertengkar...

Kompas.com - 07/09/2017, 15:03 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hubungan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dengan Megawati Soekarnoputri memberi punya kisah tersendiri, baik dari sisi kehidupan maupun kancah perpolitikan.

Dikutip dari buku Hak Gus Dur untuk Nyleneh karya E. Kosasih, Gus Dur menganggap Megawati sebagai adik.

"Seperti adik saya," kata Gus Dur, seperti ditulis dalam buku tersebut.

Meski keduanya dekat dan akrab, tak jarang pula mereka bertengkar.

Salah satunya, pada momentum jelang Pemilu 1997. Saat itu, Gus Dur pergi ke banyak tempat bersama Siti Hardianti Rukmana alias Mbak Tutut.

Baca: Pertemuan Terakhir Dua Sahabat, Gus Dur dan Gus Mus

Gus Dur membawa Tutut masuk ke kantong-kantong massa Nahdlatul Ulama seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, hingga Lampung, dan memberi angin bagi Tutut untuk menarik warga Nahdliyin agar memilih Golkar.

Megawati saat itu menyerukan kepada para pendukungnya untuk golput, tak memilih pada Pemilu 1997.

Gus Dur pun kebakaran jenggot dan mengecam pernyataan Megawati.

Hubungan Gus Dur-Megawati menegang.

Sikap Gus Dur yang mengecam pernyataan Megawati kemudian mengundang antipati kalangan prodemokrasi.

Gus Dur dicoret dari jajaran tokoh prodemokrasi. Tak hanya itu, kedekatan dengan Tutut berimbas pada sikap tegas Gus Dur membiarkan Megawati berjuang sendirian.

Baca: Cerita Fidel Castro yang 'Ngakak' Dengar Lelucon Gus Dur

Saat peristiwa 27 Juli 1996 atau yang kerap disebut "Kudatuli", Gus Dur menganjurkan Megawati untuk tidak melawan dan rujuk dengan pemerintah.

Mas Dur

Meski sempat merenggang, tak lama berselang hubungan Gus Dur dan Megawati kembali cair.

Keduanya kerap saling melontarkan pujian. Gus Dur pernah memuji Megawati sebagai negarawan.

"Orang mungkin bertanya-tanya, apa itu Mega? Kita kan tahu siapa Mega? Saya kok berpandangan lain, dan terbukti Mega memang punya bakat negarawan," kata Gus Dur.

Baca: Saat Gus Dur Jadi "Gelandangan" di Ibu Kota

Demikian pula Megawati.

Jika Gus Dur menganggap Megawati seperti adiknya sendiri, Mega juga menganggap Gus Dur sebagai kakaknya dan punya panggilan spesial: Mas Dur.

"Gus Dur adalah kakak sekaligus sahabat saya, saudara seiman yang saya hormati. Intelektualitas serta sikap mentalnya tidak perlu diragukan, bimbingannya terhadap umat sangat positif, terutama NU, kenegarawanannya perlu diteladani," kata Megawati.

Hubungan Gus Dur dan Megawati semakin erat memasuki era reformasi.

Saat itu, NU belum membentuk partai sehingga Gus Dur mempersilakan warganya memilih PDI. Keduanya bahkan sempat mengikat janji.

Pada Desember 1998, Gus Dur dan Megawati mengumumkan akan saling mendukung untuk menjadi calon presiden keempat.

Baca: Gara-gara Gus Dur, Gus Mus Jadi Penyair...

Mereka juga sepakat menempatkan Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai alternatif.

"Janjinya, saya mendukung dia kalau saya sendiri tidak maju. Tadinya saya akan maju lebih dahulu, tetapi karena fisik tidak memungkinkan, ya Mbak Mega yang maju. Kalau nantinya Mbak Mega kesulitan, kemungkinannya adalah Sri Sultan HB X," ungkap Gus Dur.

Peluang Megawati menjadi presiden pun melambung. Dukungan itu juga menepis kekhawatiran Megawati ditolak karena faktor agama dan ideologi nasionalis.

Jika ada kehawatiran seperti itu, Gus Dur dan sejumlah tokoh NU pasang badan membela Megawati.

Kedekatan keduanya kemudian memunculkan pernyataan-pernyataan yang mengarah pada koalisi PKB, partai yang didirikan Gus Dur, dan PDI-P.

Nasi goreng
 

Megawati mengakui kerap bertengkar dengan Gus Dur saat keduanya menjabat presiden dan wakil presiden.

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Kamis (13/7/2017), Megawati menyampaikan bahwa saat "berantem", ia enggan bertemu dengan Gus Dur.

Namun, pertengkaran tak berlangsung lama. Biasanya, Gus Dur yang selalu berinisiatif untuk mengajak damai.

"Saya tahu pasti nanti pasti saya menang," kata Megawati dalam acara Halaqah Nasional Ulama se-Indonesia di Jakarta, Kamis (13/7/2017).

Jika sedang berantem, Gus Dur kerap menyambangi kediaman Megawati, namun tak memberi kabar.

Setelah sampai di depan rumah Megawati, Gus Dur baru memberi kabar. Megawati pun tidak bisa menolak kedatangan Gus Dur.

"Nanti telepon, 'Mbak, lagi opo?' 'Di rumah, Mas'. 'Bikinkan saya nasi goreng ya saya sudah di depan pintu rumah'. Kalau baikan begitu. Lah saya terpaksa toh bikin nasi goreng," ucap Megawati disambut tawa para ulama yang hadir.

Kompas TV Melihat Keakraban Para Presiden RI di Istana Merdeka
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com