Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Masih Kesulitan Usut Kasus Novel karena Tidak Mau Terbuka

Kompas.com - 06/09/2017, 08:35 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rikwanto menepis bahwa kepolisian tidak serius menangani kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan.

Hingga saat ini, proses penyidikan terus dilakukan. Hanya saja, penyidik menemui hambatan dari Novel sendiri.

Menurut Rikwanto, Novel enggan terbuka ke penyidik saat dimintai keterangan. Novel hanya bersedia jika keterangan itu disampaikan ke tum gabungan pencari fakta yang ia idamkan dibentuk presiden Joko Widodo.

"Berarti kan dia sendiri yang menyulitkan. Kalau memang dia punya fakta soal itu, kalau ada keyakinan pelakunya siapa dan dia tahu, ya lebih cepat lebih baik kan," ujar Rikwanto di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Selasa (5/9/2017).

(Baca: Novel Baswedan: Kalau Berjalan Baik, Apa Kepentingan Saya untuk Melawan?)

Rikwanto mengatakan, polisi sulit membantu jika Novel tidak memberikan petunjuk-petunjuk yang bisa menjadi titik terang, Termasuk soal dugaan lebih dari satu jenderal polisi yang terlibat di balik penyiraman air keras itu.

"Tim kemarin datang dengan pihak KPK juga, ditanya masalah itu, dia juga nggak mau menyampaikan," kata Rikwanto.

Rikwanto meminta agar Novel terbuka ke polisi yang tenGah mengusut kasusnya tersebut. Jika terus mengungkap dugaan-dugaan melalui media, maka khawatir akan berujung tudingan dan menggores citra institusi Polri. Apalagi, Novel tidak menunjukkan bukti dari dugaannya tersebut.

"Kalau ada informasi bagus apalagi itu faktual, disampaikan. Segera kita tangkap ya, kita nggak main-main. Kita mau bersih, kita mau bagus, kita profesional," kata Rikwanto.

(Baca: Polisi Duga Penyerang Novel Baswedan Menggunakan Sarung Tangan)

"Jadi jangan menganggap kita yang lambat atau menghambat. Justru berita-berita simpang siur ini yang membuat suasana menjadi masyarakat galau, ada apa ini?" lanjut dia.

Sebelumnya, Novel meyakini kasusnya tidak akan selesai di tangan Polri. Penyidik dianggap tidak mampu mengungkap pelaku di lapangan maupun aktor utama di balik serangan terhadap dirinya. Oleh karena itu, ia mengharap Presiden Joko Widodo segera membentuk tum gabungan pencari fakta untuk mengungkap tuntas kasusnya secara independen.

Ia memastikan akan terbuka dan membeberkan secara gamblang informasi yang ia ketahui kepada tim tersebut.

"Bisa kita nilai ketika ada penyidikan berlangsung. Setelah sekian lama, apakah ada proses yang profesional, yang baik? Saya tidak lihat itu," kata Novel.

Kompas TV Rina Emilda, istri Novel Baswedan berharap pemerintah segera tindak lanjuti tim gabungan pencari fakta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

Nasional
Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Tak Banyak Terima Permintaan Wawancara Khusus, AHY: 100 Hari Pertama Fokus Kerja

Nasional
Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Jadi Saksi Kasus Gereja Kingmi Mile 32, Prngusaha Sirajudin Machmud Dicecar soal Transfer Uang

Nasional
Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Bareskrim Polri Ungkap Peran 5 Pelaku Penyelundupan Narkoba Jaringan Malaysia-Aceh

Nasional
Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Usulan 18.017 Formasi ASN Kemenhub 2024 Disetujui, Menpan-RB: Perkuat Aksesibilitas Layanan Transportasi Nasional

Nasional
Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Ketua KPU Dilaporkan ke DKPP, TPN Ganjar-Mahfud: Harus Ditangani Serius

Nasional
Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Jokowi Ingatkan Pentingnya RUU Perampasan Aset, Hasto Singgung Demokrasi dan Konstitusi Dirampas

Nasional
Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Menko di Kabinet Prabowo Akan Diisi Orang Partai atau Profesional? Ini Kata Gerindra

Nasional
Selain 2 Oknum Lion Air,  Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Selain 2 Oknum Lion Air, Eks Pegawai Avsec Kualanamu Terlibat Penyelundupan Narkoba Medan-Jakarta

Nasional
Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Dirut Jasa Raharja: Efektivitas Keselamatan dan Penanganan Kecelakaan Mudik 2024 Meningkat, Jumlah Santunan Laka Lantas Menurun

Nasional
Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Hasto Minta Yusril Konsisten karena Pernah Sebut Putusan MK Soal Syarat Usia Cawapres Picu Kontroversi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com