Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tokoh Agama Buddha Indonesia Serukan Bantuan untuk Rohingya

Kompas.com - 03/09/2017, 20:23 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tokoh agama Buddha di Indonesia, Bhiksu Dutavira Mahastavira atau Suhu Benny, angkat bicara terkait peristiwa kekerasan dan pembunuhan yang dialami warga Rohingya di Negara Bagian Rakhine, Myanmar.

Suhu Benny menyerukan agar umat Buddha, khususnya di Indonesia, ikut mengirimkan bantuan kemanusiaan bagi warga Rohingya di Myanmar.

"Tentu kami juga menyerukan agar rasa keprihatian ini semoga umat Budha juga berbuat sesuatu sebagai bentuk nyata dan dulu pernah dilakukan di luar negeri, mengirim bantuan kemanusiaan langsung ke Myanmar," ujar Suhu Benny saat berdialog dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar terkait kekerasan Rohingya di Wihara Dharma Bakti, Glodok, Jakarta Barat, Minggu (3/9/2017).

Suhu Benny pun berharap peristiwa yang dialami warga Rohingya dilihat bukan sebagai konflik antara pemeluk agama Buddha dan Islam. Dia pun menegaskan bahwa peristiwa di Myanmar tidak bisa dikaitkan dengan umat Buddha di Indonesia.

Selain itu, Suhu Benny juga mengungkapkan rasa keprihatinnya terhadap tragedi kemanusiaan warga Rohingya di Myanmar. Dia menyayangkan tragedi kemanusiaan itu bisa terjadi di negara yang mayoritas warganya beragama Buddha.

"Kami yang ada di Indonesia enggak ada hubungannya dengan mazhab yang ada di Myanmar. Walaupun secara mazhab tidak sama, secara akidah kebiksuannya sama. Kalau sudah melakukan kekerasan dan pembunuhan, otomatis gugur kebiksuannya," katanya.

Baca juga: Cak Imin: Warga NU dan PKB Sisihkan Gaji Satu Bulan untuk Rohingya

"Oleh karena itulah masalah di Myanmar itu kita bangsa Indonesia, saya pribadi, rekan-rekan biksu bukan hanya prihatin, bahkan menangis kok bisa terjadi begini di dalam negara yang mayoritas Buddhis. Itu perlu diselidiki permasalahannya apa," kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Sekjen PKB Daniel Johan mengatakan, peristiwa kekerasan di Myanmar sama sekali bukan persoalan agama. Sebab, tidak ada ajaran agama Buddha yang membolehkan umatnya melakukam kekerasan terhadap sesamanya.

"Di dalam Buddha itu tidak ada satu ayat pun yang membenarkan pemeluk agama Budha itu terlibat dalam perang. Apalagi menimbulkan pembunuhan. Itu langsung dianggap melakukan dosa yang sangat besar," ujar Daniel.

Menurut dia, tragedi kemanusiaan terhadap warga Rohingya dilatarbelakangi oleh kepentingan ekonomi. Sebab, tempat bermukim warga Rohingya merupakan jalur sumber energi minyak dan gas.

"Ada konflik kepentingan ekonomi di balik persoalan Rohingya. Di situ ada jalur sumber energi, minyak dan gas. Saya rasa itu yang utama di sana. Dan, dibungkus dengan konflik agama dan dipelihara oleh militer Myanmar," kata dia.

Diketahui, kekerasan mematikan semakin memburuk di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, dalam tiga hari terakhir hingga Minggu (27/8/2017), dengan hampir 100 orang tewas.

Baca juga: Bantuan dan Pertolongan Indonesia untuk Etnis Rohingya di Myanmar

Korban tewas meningkat karena bentrokan bersenjata antara tentara dan militan Rohingya berlanjut untuk hari ketiga, Minggu kemarin, seperti diberitakan kantor berita Perancis, AFP, dan media Inggris, The Guardian.

Pemerintah telah mengevakuasi setidaknya 4.000 warga desa non muslim di tengah bentrokan yang berlangsung di Rakhine barat laut. Ribuan muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.

Kompas TV Pengungsi Rohingya Terjebak di Perbatasan Myanmar-Banglades
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com