Hal itu disebabkan ada ormas agama yang akan datang berbondong-bondong dari berbagai daerah ke Sulawesi Selatan untuk unjuk rasa.
Nurkhoiron mengatakan, saat itu dirinya menghubungi kepolisian setempat. Ia mempertanyakan pembubaran kegiatan yang tak pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
"Bupatinya juga kok kelihatannya menyerah, biasanya dia selalu turut andil," kata Nurkhoiron.
"Kan ini cermin betapa mudahnya isu itu bisa digerakkan. Ini membuat polisi mengabaikan tugas pokoknya," lanjut dia.
(baca: Polri: Intoleransi adalah Cikal Bakal Terorisme)
Nurkhoiron kemudian membandingkan pengamanan polisi pada kegiatan aksi bela Islam yang dilakukan secara berjilid di Jakarta.
Ribuan orang dimobilisasi untuk berbondong-bondong datang ke Jakarta.
Saat itu, polisi berhasil menjaga situasi keamanan dan ketertiban sehingga tidak terjadi ricuh. Aksi berlangsung kondusif hingga acara selesai.
"Ribuan massa bisa diatasi di Jakarta, kenapa di daerah tidak bisa? Kenapa tidak bisa diterapkan di tempat lain?" ujar Nurkhoiron.
"Polisi tidak bisa berpihak pada kelompok minoritas, kelompok agama, gender, yang kehilangan haknya. Polisi tidak dapat berikan perlindungan sebagaimana yang diberikan mandatnya," lanjut dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.