Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Kamisan ke-503, Asa untuk Tumbuh dan Berlipat Ganda...

Kompas.com - 25/08/2017, 08:36 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi "Payung Hitam" atau yang lebih dikenal dengan sebutan "Aksi Kamisan", memasuki hari ke-503 pada Kamis (24/8/2017) kemarin.

Namun, cita-cita menegakkan supremasi hukum terhadap pelanggaran hak asasi manusia berat tersebut belum tercapai.

Asa pernah muncul ketika zaman Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono. Sebuah tim penyelesaian kasus-kasus HAM berat masa lalu dibentuk.

"Walaupun sampai akhir masa jabatannya (SBY), itu tidak terwujud," ujar Maria Catarina Sumarsih, aktivis HAM dan ibu korban Tragedi Semanggi I, Benardinus Realino Norma Irawan (Wawan), kepada Kompas.com di sela aksi, seberang Istana Merdeka, Jakarta.

Pada zaman pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, asa itu kembali muncul. Salah satu poin dalam Nawa Cita adalah menuntaskan kasus-kasus HAM berat masa lalu dan menghapus impunitas.

Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan pun telah membentuk komite gabungan pengungkap kebenaran dan rekonsiliasi.

"Tapi ternyata arah penyelesaian (kasus HAM berat masa lalu)-nya melalui jalur nonyudisial. Kami menolak," ujar Sumarsih.

Pada aksi Kamisan ke-501, Sumarsih pernah mengungkapkan kekecewaannya kepada Pemerintah Jokowi dalam video berikut:

Sumarsih menegaskan, pegiat aksi Kamisan tidak akan pernah bosan memperjuangkan cita-cita menegakkan supremasi hukum dan menghapus impunitas. Hal itu merupakan cita-cita sang putra, Benardinus Realino Norma Irawan (Wawan).

Aksi Kamisan akan berakhir jika menemui tiga kondisi. Pertama, tak ada lagi pelanggaran HAM yang dilakukan negara kepada rakyatnya.

Kedua, pemerintah menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM berat masa lalu melalui jalur yudisial.

Ketiga, aksi Kamisan dihadiri oleh tiga orang saja.

(Baca juga: Sumarsih Memelihara Harapan dengan Aksi Kamisan...)

Anggota Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan bersama massa pendukungnya melakukan aksi Kamisan ke-500 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (27/7/2017). Dalam aksi bersama itu mereka menuntut komitmen negara hadir menerapkan nilai kemanusiaan dengan komitmennya menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM berat. ANTARA FOTO/FANNY OCTAVIANUS Anggota Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan bersama massa pendukungnya melakukan aksi Kamisan ke-500 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (27/7/2017). Dalam aksi bersama itu mereka menuntut komitmen negara hadir menerapkan nilai kemanusiaan dengan komitmennya menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM berat.
Tumbuh dan berlipat

Ada satu hal yang membuat asa Sumarsih tetap terjaga, meski sudah banyak keluarga korban sekaligus korban pelanggaran HAM masa lalu peserta Kamisan yang meninggal dunia.

Semakin lama, peserta aksi semakin banyak dan didominasi oleh anak-anak muda. Catatan Sumarsih selama 11 tahun aksi Kamisan digelar, hanya dua kali aksi Kamisan diikuti oleh delapan orang, yakni pada Desember 2007, kali pertama Kamisan digelar.

Kamisan sisanya diikuti oleh banyak peserta.

"Peserta yang sudah meninggal banyak. Memang negara sengaja mengulur-ulur penyelesaian kasus HAM berat di masa lalu, sampai orangtua-orangtua korban ini meninggal dunia," ujar Sumarsih.

"Tapi Tuhan itu Maha Adil, ketika yang hadir setiap Kamisan ini kebanyakan anak-anak muda dan kota-kota di luar Jakarta banyak yang juga melakukan aksi Kamisan. Aksi Kamisan tumbuh dan berlipat ganda," kata dia.

(Baca juga: 10 Tahun Melawan Lupa, Aksi Kamisan Terus Dapat Dukungan)

Mahasiswa Fakultas Hukum Unika Atmajaya, Leonhard (18) misalnya, baru kali pertama mengikuti Kamisan. Sebenarnya, ia sudah mengetahui Kamisan sejak SMA. Namun, baru kali ini ia berkesempatan untuk hadir di dalamnya.

Menurut Leonhard, aksi Kamisan ini sangat layak untuk dilanjutkan hingga cita-cita tercapai, entah hingga kapan.

"Ini sebagai bentuk pengingat saja kepada pemerintah soal janjinya menuntaskan kasus HAM masa lalu. Ini layak terus diperjuangkan oleh kaum muda sekarang. Karena kalau berharap pada generasi tua terus, kan enggak mungkin lagi," ujar dia.

Hana (20) juga berpendapat demikian. Mahasiswi semester tujuh di Universitas Al-Azhar itu sudah empat kali mengikuti Kamisan. Hana melihat niat para pemrakarsa aksi Kamisan sangat baik untuk terwujudnya demokrasi di Indonesia.

"Tapi yang saya sayangkan, ini aksi Kamisan sudah yang ke-503 kan. Tapi belum ada respons dari pemerintah. Setidaknya direspons dong," ujar dia.

Oleh sebab itu, lanjut Hana, generasi muda kini harus meneruskan perjuangan pendahulunya, demi menegakkan supremasi hukum dalam kasus pelanggaran HAM berat masa lalu dan menghapus impunitas.

"Generasi muda jangan hanya gaya-gaya, mending enggak usah deh. Tapi kalau ikut memperjuangkan penyelesaian kasus HAM masa lalu, nah itu baru oke banget," ujar Hana.

(Baca juga: Berita Foto dan Video: Aksi Kamisan Ke-500, Masih Menagih Janji Jokowi)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com