Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Menelusuri Jejak Johannes Marliem di Ruko Fatmawati

Kompas.com - 21/08/2017, 11:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Saat rapat berlangsung, mobil mewah Hummer asal Amerika Serikat berjajar lebih dari satu unit. Plat nomor mobil E 1 KTP, E 2 KTP, hingga E 3 KTP berjajar di dalam ruko pada rentang tahun 2010.

Tim Fatmawati inilah yang diduga melakukan dua hal.  Pertama, mengatur pemenang lelang. Semua peserta lelang dikumpulkan dan diatur siapa yang menang. Ada dugaan, semua peserta dapat bagian.

Kedua, menentukan harga setiap detail barang pembelanjaan seluruh kebutuhan proyek e-KTP. Sudah barang tentu ada penggelembungan alias mark up harga-harga barang. Mulai dari unit komputer hingga alat pemindai e-KTP, semuanya. Alhasil dari proyek Rp 5,8 triliun, Rp 2,3 triliun atau hampir mencapai setengah dari total nilai proyeknya, dikorupsi!

Dari penelusuran saya ini, setidaknya ada tiga dugaan soal apa yang diketahui oleh Marliem.

Pertama, Marliem memiliki rekaman pejabat dan pengusaha yang terlibat dalam korupsi e-KTP.  Sebagian rekamannya bahkan sudah diperdengarkan ke penyidik KPK saat bertemu dan berkunjung ke Amerika meski Marliem menolak untuk diperiksa. Saat rapat bersama Tim Fatmawati Marliem merekam seluruh pembicaraan.

Kedua, pada tahap awal, jauh sebelum Tim Fatmawati terbentuk, Marliem diduga sudah mulai kasak-kusuk. Ia merancang proses pembuatan e-KTP sejak awal pengambilan data, penyimpanan, hingga e-KTP dicetak.

Perusahaan yang dipimpin Marliem, Biomorf Lone LLC, memang sudah berpengalaman menangani proyek serupa, diantaranya di India.

Ketiga, dari data ini, besar dugaan, bahwa Marliem menyimpan data biomterik alias data vital warga Indonesia di tahap awal yang melakukan perekaman e-KTP di tahun 2011.

Hal ini sempat saya tanyakan ke Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri Zudan Arif Fakrulloh. Ia menolak anggapan jika Biomorf yang dipimpin Marliem menyimpan data-data ini.

Dari semua catatan ini, tidak berlebihan jika tewasnya Marliem diduga terkait dengan kasus e-KTP. Selain bahwa ia adalah saksi kunci yang menyimpan rekaman data pejabat Indonesia yang terlibat kasus korupsi e-KTP, besar dugaan ia juga memegang lengkap data warga Indonesia.

Apakah ia bunuh diri seperti yang diberitakan otoritas Amerika Serikat? Atau, ia tewas misterius karena sebuah rekayasa pada kematiannya?

Jawaban pastinya akan tetap menjadi misteri. Yang jelas, Johannes Marliem adalah saksi kunci. Ia memiliki informasi penting terkait pengungkapan kasus ini sekaligus merupakan ancaman bagi mereka yang terlibat.

Saya Aiman Witjaksono.

Salam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usul Revisi UU Pemilu, Anggota DPR: Selama Ini Pejabat Pengaruhi Pilihan Warga Pakai Fasilitas Negara

Usul Revisi UU Pemilu, Anggota DPR: Selama Ini Pejabat Pengaruhi Pilihan Warga Pakai Fasilitas Negara

Nasional
KPU Mulai Rancang Aturan Pemutakhiran Daftar Pemilih Pilkada 2024

KPU Mulai Rancang Aturan Pemutakhiran Daftar Pemilih Pilkada 2024

Nasional
Waketum Nasdem Ahmad Ali Datangi Rumah Prabowo di Kertanegara

Waketum Nasdem Ahmad Ali Datangi Rumah Prabowo di Kertanegara

Nasional
Sebut Hak Angket Masih Relevan Pasca-Putusan MK, PDI-P: DPR Jangan Cuci Tangan

Sebut Hak Angket Masih Relevan Pasca-Putusan MK, PDI-P: DPR Jangan Cuci Tangan

Nasional
Bicara Posisi Politik PDI-P, Komarudin Watubun: Tak Harus dalam Satu Gerbong, Harus Ada Teman yang Mengingatkan

Bicara Posisi Politik PDI-P, Komarudin Watubun: Tak Harus dalam Satu Gerbong, Harus Ada Teman yang Mengingatkan

Nasional
Anggota Komisi II DPR Nilai Perlu Ada Revisi UU Pemilu Terkait Aturan Cuti Kampanye Pejabat Negara

Anggota Komisi II DPR Nilai Perlu Ada Revisi UU Pemilu Terkait Aturan Cuti Kampanye Pejabat Negara

Nasional
Proses di PTUN Masih Berjalan, PDI-P Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran

Proses di PTUN Masih Berjalan, PDI-P Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran

Nasional
DKPP Verifikasi Aduan Dugaan Ketua KPU Goda Anggota PPLN

DKPP Verifikasi Aduan Dugaan Ketua KPU Goda Anggota PPLN

Nasional
Kasus Eddy Hiariej Dinilai Mandek, ICW Minta Pimpinan KPK Panggil Jajaran Kedeputian Penindakan

Kasus Eddy Hiariej Dinilai Mandek, ICW Minta Pimpinan KPK Panggil Jajaran Kedeputian Penindakan

Nasional
KPU Undang Jokowi Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Besok

KPU Undang Jokowi Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Besok

Nasional
Cak Imin Mengaku Belum Dapat Undangan KPU untuk Penetapan Prabowo-Gibran

Cak Imin Mengaku Belum Dapat Undangan KPU untuk Penetapan Prabowo-Gibran

Nasional
Tentara AS Meninggal Saat Tinjau Tempat Latihan Super Garuda Shield di Hutan Karawang

Tentara AS Meninggal Saat Tinjau Tempat Latihan Super Garuda Shield di Hutan Karawang

Nasional
DKPP Terima 200 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu Selama 4 Bulan Terakhir

DKPP Terima 200 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu Selama 4 Bulan Terakhir

Nasional
Nasdem-PKB Sepakat Tutup Buku Lama, Buka Lembaran Baru

Nasdem-PKB Sepakat Tutup Buku Lama, Buka Lembaran Baru

Nasional
Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com