Usai acara, Jokowi mengajak semua mantan presiden yang hadir untuk masuk ke dalam istana dan berfoto bersama. Megawati mengambil posisi paling tengah diapit Jokowi dan JK. Habibie berada pada posisi paling kanan di sebelah Iriana Jokowi. Sementara SBY dan istrinya mengambil posisi paling kiri di sebelah Mufidah Kalla.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan jamuan makan siang dan ramah tamah. Tumpeng besar disajikan untuk para tamu VVIP. SBY enggan berkomentar saat ditanya pertemuannya dengan Megawati. Begitu pun Megawati, yang mengunci mulutnya rapat-rapat saat dicegat wartawan.
Namun, Ketua Umum PPP Romahurmuziy mengatakan, suasana jamuan makan siang yang diikuti SBY dan Megawati tersebut berlangsung sangat cair dan penuh keakraban.
"Saya senang karena melihat rukunnya seluruh pemimpin bangsa. Pak SBY dengan Bu Mega, semuanya saling bersalaman dan bertegur sapa dengan wajah yang tidak mengernyitkan kening," kata Romy.
Sementara Habibie yang ditanya wartawan, hanya berkomentar singkat.
"Kan bagus to persatuannya," kata dia.
Tak ada dendam
Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto menilai pertemuan Megawati dan SBY merupakan hal positif. Ia menyatakan, momen tersebut menunjukan semangat persatuan yang mampu mengatasi perbedaan paham pribadi dan tetap menunjukan rasa kebersamaan.
"Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hadir, Bu Presiden Megawati Soekarnoputri hadir, ini merupakan hal yang sangat baik dan menunjukan bahwa kepemimpinan Pak Jokowi adalah kepemimpinan yang menyatukan," kata Hasto.
Namun, Hasto menegaskan bahwa pertemuan tersebut tidak bisa dimaknai akan ada koalisi antara PDI-P dan Demokrat.
"Tentu saja ini tidak bisa dimaknakan dalam perspektif politik untuk pemilu 2019, ini semua adalah semangat merah putih untuk bergandeng tangan sebagai pemimpin bangsa," kata Hasto.
(Baca: Ibas: Pertemuan SBY dan Megawati Tak Perlu Dibesar-besarkan)
Hal serupa disampaikan Edhie Baskoro atau Ibas, putera bungsu SBY. Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat ini meminta agar kehadiran SBY di Istana pada momen hari kemerdekaan tidak diartikan macam-macam.
"Artinya, bukan berarti kehadiran (SBY) itu selalu dimaknai terhadap suatu dukungan (ke pemerintah)," kata Ibas usai mengikuti upacara bendera.
Menurut dia, SBY sebagai Presiden keenam RI hadir karena menghargai undangan yang disampaikan pihak Istana Kepresidenan. Ibas meminta ketidakhadiran SBY dalam perayaan HUT RI di istana dua tahun sebelumnya, dan kehadirannya di tahun ini merupakan hal yang biasa dan tak perlu dibanding-bandingkan.
"Bisa saja tidak hadir, tidak harus setiap saat hadir," ucap Ibas.
Pengamat politik dari Universitas Gajah Mada Arie Sujito mengatakan, pertemuan Megawati dan SBY ini bisa menunjukkan kepada masyarakat bahwa tak ada dendam antar para pemimpin bangsa. SBY dan Megawati, kata dia, menunjukkan bahwa mereka memikirkan kepentingan yang lebih besar ketimbang persoalan pribadi.
"Paling tidak bisa menjadi rujukan bahwa sejarah negeri ini tidak berisi dendam dua mantan presiden," kata Ari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.