Banyak kata bijak tentang sebuah bangsa, salah satunya, "Bangsa besar adalah bangsa yang menghormati pemimpinnya."
Banyak pula kata bijak tentang pemimpin, di antaranya, "Engkau tidak harus memangku jabatan agar bisa menjadi pemimpin."
Kata bijak berikutnya adalah, "Pemimpin tidak menciptakan pengikut, pemimpin itu menciptakan lebih banyak pemimpin."
(Baca juga: Setelah SBY-Prabowo, PAN Berharap Ada Pertemuan SBY-Megawati)
Kolaborasi kata bijak tentang bangsa dan kepemimpinan di atas, diucapkan Bung Karno demikian, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri. Untuk itu, pemimpin bangsa ini haruslah belajar dari sejarah kepemimpinan pada masa sebelumnya."
Almarhum Taufik Kiemas pernah mengatakan kepada saya dalam nikmatnya makan siang bersama di meja makan rumah pribadi Jalan Teuku Umar, Jakarta.
“Mas Heru, teruslah berusaha mempertemukan Mbak Mega dan Mas SBY. Saya juga akan terus berusaha, walau belum ada hasil. Namun kita mulai dulu dengan Mbak Puan (demikian almarhum sering menyebut anandanya) yang mewakili untuk bertemu Mas SBY,” ujar Taufik Kiemas.
Ucapan Taufik Kiemas inilah yang membuat saya menangis di Taman Makam Pahlawan Kalibata saat mengantar jenazah almarhum.
Memaknai kemerdekaan
Sejarah kemerdekaan Republik Indonesia tidak boleh hanya dikenang karena keberanian rakyat, atau hanya karena lantangnya teriakan merdeka atau mati.
Ada hal yang jauh lebih penting untuk dimaknai. Keberanian rakyat dan para pemimpinnya dalam berjuang mengorbankan nyawa demi kemerdekaan, tidak akan lahir bila tidak ada rasa persatuan yang kuat dalam jiwa raga bangsa ini.
Persatuan dan saling mengisi, saling memperkuat satu dengan yang lain. Itulah makna sangat penting yang harus terus dijiwai bangsa Indonesia.
Keberanian melawan penjajah demi harga diri dan kemerdekaan hidup bangsa lahir karena kuatnya persatuan.
Lalu bagaimana mungkin mengisi harapan bangsa setelah merdeka, bila kemudian jiwa persatuan itu luntur, apalagi lalu menjadi ajang pertikaian demi kekuasaan yang sejatinya hanya sementara?