Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dianggap "Hero", Alasan Susi Pudjiastuti Tak Dapat "Bully" di Medsos

Kompas.com - 04/08/2017, 06:37 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bisa jadi merupakan menteri yang paling populer di masyarakat saat ini.

Meski aktif berinteraksi di media sosial, terutama Twitter, namun Susi jarang menjadi sasaran bully atau perundungan dari para netizen. Apa pun yang dilakukan oleh Susi, mendapatkan apresiasi positif dari publik.

Mengapa demikian?

Pengamat media sosial Rustika Herlambang menjelaskan bahwa fenomena itu muncul ketika Susi ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan pada 2014 silam.

"Netizen yang merespons Ibu Susi itu rata-rata di bawah 18 tahun atau di bawah 25 tahun. Waktu itu, mereka punya kebanggaan tersendiri terhadap Ibu Susi. Karena mengejutkan, membuat mereka seperti ada hero baru," ujar Rustika dalam acara "#SusidiRosi" di Kompas TV, Kamis (3/8/2017) malam.

Persepsi ini berkaitan erat dengan kebijakan Susi tentang penenggelaman kapal pencuri ikan di laut Indonesia.

"Bu Susi itu adalah sosok yang mediagenic. Jadi apa pun yang disampaikan Ibu Susi itu selalu menarik perhatian netizen," tutur dia.

Bahkan netizen yang tidak memahami isu pemberitaan Susi pun tetap mendukungnya. Pokoknya, apa yang dilakukan Susi dinilai benar.

Tidak heran, Rustika mencatat, sepanjang 2016 terdapat 350.000 percakapan tentang Susi di media sosial. Emosi percakapan tersebut pun cenderung mengarah pada tiga hal yang positif, yakni kepercayaan, harapan dan kesenangan.

Sepanjang 2017 sendiri, masih menurut catatan Rustika, ada 75.000 netizen yang merespons soal Susi di media sosial. Hanya sedikit sekali yang merespons isu Susi dengan nada negatif.

Menariknya, di media online, Susi tidak menjadi "media darling" seperti halnya di media sosial. Di media online, lanjut Rustika, Susi lebih banyak "ditekan" lewat isu seputar kebijakannya yang menuai pro dan kontra. Pelarangan cantrang adalah salah satunya.

Merespons rangkaian analisis itu, Susi kemudian memasang muka dengan mimik heran, dan berkata, "Masak sih?"

"Saya sendiri tidak mengerti, kok ya ada hitungan dan mempelajari seperti itu. Saya sendiri heran. Enggak habis pikir. Kerja KKP setengah mati saya lihat," ujar Susi.

Menjadi seorang Susi sekarang, diakuinya, tidak mudah. Selain memegang beban tanggung jawab mengurusi seluruh laut Indonesia, Susi juga terpaksa mengorbankan privasinya, hal yang paling ia rindukan saat ini.

"Kalau mereka tahu betapa repotnya sekarang ini saya, mau makan di resepsi begini, 'Bu, foto'. Turun lagi sendoknya. Mau jalan dicegat orang, 'Bu, foto'. Apa saja enggak bisa sekarang," ujar Susi.

Susi kemudian berkelakar, "Kalau artis populer, bayarannya naik. Kalau menteri gajinya sama saja," ujar Susi sembari tertawa.

(Baca juga: Klarifikasi Menteri Susi soal "Saya Titip..." yang Tuai Tanda Tanya)

Saat ditanya apakah Susi merancang khusus pencitraan atas dirinya, ia menjawab, apa yang dia lakukan adalah hal biasa saja. Tidak ada yang istimewa.

"Saya tidak melakukan apa-apa. Suruh (menjadi artis) iklan ikan untuk acara Presiden, saya lakukan. Yang rekam sudah bagus, benar, (berpesan) ikan itu penuh protein, ini, ini, ini, lalu dia bilang bikin yang versi lain," ujar Susi.

"Saya jengkel, sudah capek. Jadi saya bilang, yang tidak makan ikan, saya tenggelamkan. Yang ramai yang belakang. Mau apa lagi?" ucap dia.

Kompas TV Setelah aksi mosing di atas kapal, kini menteri yang dikenal nyentrik berjoget ria sembari mendengarkan lagu The Bettles di atas kapal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com