Bila Earl menyatakan kata "Indunesians" hanya dalam arti etnologis, tulis Hatta, Logan memberikan pada kata Indonesia suatu pengertian geografis murni untuk menyebut kepulauan yang sekarang masuk wilayah Indonesia.
“Sekalipun dia (Logan) bukan penganjur penambahan penamaan-penamaan Yunani, dia sama sekali tidak berkeberatan terhadap nama Indonesia, yang bagi orang Eropa bernada Yunani, karena menurut pendapatnya kata nusa (pulau) yang berasal dari bahasa Melayu itu mungkin sama tuanya dengan kata nesos Yunani,” papar Hatta.
Dalam artikel tersebut, Hatta pun menjabarkan runutan penggunaan nama Indonesia untuk tujuan politik. Menurut dia, nama Indonesia sudah terus dipakai oleh Perhimpunan Indonesia sejak 1922.
Indonesia, lanjut Hatta, juga resmi dipakai oleh Gerakan Perdamaian Internasional Sipil, untuk merujuk wilayah yang waktu itu disebut Belanda sebagai Hindia Belanda.
“Bagi kami orang Indonesia, nama Indonesia mempunyai arti politik dan menyatakan suatu tujuan politik. Dalam arti politik karena dia mengandung tuntutan kemerdekaan, bukan kemerdekaan Hindia-Belanda melainkan kemerdekaan Indonesia dari Indonesia (Indonesisch Indonesie),” ungkap Hatta.
Baca juga: Ismail Marzuki, Bing Crosby dari Betawi
Dia pun menjelaskan, penamaan Indonesia juga menyatakan suatu tujuan politik.
“Karena dia melambangkan dan mencita-citakan suatu Tanah Air di masa depan dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya," tegas dia.
Tambahannya, Hatta menyebut bahwa pada saat tulisannya itu terbit sudah tak ada lagi satu pun koran Indonesia yang memakai kata Hindia Belanda sebagai terjemahan harfiah dari Nederlands-Indie.
Penjelasan lebih lanjut Hatta soal arti politik penamaan Indonesia, dimuat dalam artikel terpisah yang terbit di Indonesia. Dalam buku terbitan Penerbit Buku Kompas, artikel itu dimuat menggunakan judul Sekitar Perjuangan untuk Indonesia, dari tulisan Hatta yang dimuat pada 1929 di Indonesia Merdeka.
Jadi, salah besar ternyata bila ada yang mengira nama Indonesia baru muncul saat Sumpah Pemuda pada 1928 apalagi baru dalam naskah proklamasi kemerdekaan yang dibacakan Soekarno dan Hatta pada 17 Agustus 1945.
Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI
Infografik: KOMPAS.com/DHAWAM PAMBUDI
Artikel ini pertama kali tayang di Kompas.com pada Kamis, 3 Agustus 2017, menggunakan judul yang sama. Selain penyesuaian redaksional, update artikel ini menambahkan infografik sejarah lahirnya Sumpah Pemuda, yang sebelumnya juga telah tayang di Kompas.com pada Senin, 28 Oktober 2019, dalam artikel Infografik: Sejarah Lahirnya Sumpah Pemuda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.