MALANG, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Nurhayati Ali Assegaf, menganggap wajar banyak pihak yang menghubungkan pertemuan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Prabowo Subianto dengan pelaksanaan Pemilu Presiden (Pilpres) 2019.
Kedua tokoh itu, yang masing-masing merupakan Ketua Umum Partai Demokrat dan Ketua Umum Partai Gerindra, menggelar pertemuan di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat pada Kamis lalu.
Baca juga: Nasi Goreng di Pertemuan SBY-Prabowo Langganan SBY Sejak 2009
"Kenapa mereka menghubungkan dengan (Pemilu) 2019. Saya kira logis. Karena apa, karena semua sudah berfikir tentang 2019," kata Nurhayati saat ditemui di sela-sela Jalan Sehat Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) di Kota Malang, Jawa Timur, Minggu (30/7/2017).
Namun, Nurhayati menegaskan tidak ada pembicaraan tentang Pilpres 2019 dalam pertemuan tersebut. Pembicaraan soal pasangan calon presiden dan wakil presiden pun tidak. Isu Prabowo Subianto akan berpasangan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang beredar setelah pertemuan itu menurutnya tidak tepat.
"Tidak ada (pembicaraan Pemilu 2019). Kita masih ada 2018 (Pilkada serentak). Itu (Prabowo - AHY) orang terus mengaduk-adukkan," kata dia.
Lihat juga: Apa yang Dilakukan Agus Yudhoyono dalam Pertemuan SBY-Prabowo?
Nurhayati mengatakan, pertemuan SBY dan Prabowo didasari keprihatinan keduanya terhadap kondisi bangsa saat ini. Terutama soal keutuhan dalam berbangsa. Karena itu, SBY dan Prabowo berkomitmen untuk membantu pemerintah dengan melakukan kontrol dari luar pemerintahan.
"Kan Pak SBY berkali - kali menekankan pada acara itu (pertemuan di Cikeas), bahwa power must not go uncheck, artinya kekuasaan tidak boleh tidak ada yang kontrol. Nah pertemuan itu didasari atas keprihatinan," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.