Tak seperti peristiwa 21 tahun lalu, pada 27 Juli 2016 malam SBY dan Prabowo bertemu dalam suasana santai sambil menyantap nasi goreng di pendopo rumah SBY, Puri Cikeas, Bogor.
Ketua Umum Partai Demokrat dan Ketua Umum Partai Gerindra itu sepakat akan mengawasi penguasa tanpa perlu membangun koalisi permanen.
SBY mengakui bahwa pertemuannya dengan Prabowo dilatarbelakangi pengesahan UU Pemilu. Di dalam UU Pemilu, kedua partai memiliki sikap yang sama yakni menolak presidential threshold 20-25 persen. Kedua partai menilai presidential threshold seharusnya 0 persen.
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan tak menampik visi dan misi partainya dengan Gerindra sama. Dia menyebutkan ada kemungkinan kedua partai akan terus bekerja sama dalam waktu panjang, meski tidak terikat dalam bentuk koalisi permanen.
Pertemuan SBY dan Prabowo terbilang penting lantaran kedua partai terlihat mulai membangun kedekatan setelah SBY tak lagi memimpin pemerintahan.
Selama 10 tahun SBY menjadi Presiden, Gerindra selalu menempatkan diri sebagai oposisi. Pada tahun 2014, saat Prabowo bertarung melawan Jokowi dalam pemilihan presiden, SBY memilih partainya tak berada di kubu mana pun meski Prabowo saat itu berduet dengan besannya, Hatta Rajasa.
Istilah yang dipakai SBY saat itu, "penyeimbang". Namun, politik selalu cair. Tak ada teman dan musuh yang abadi, yang ada hanya kepentingan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.