JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Yati Andriyani menganggap penyidik tidak kompak dalam mengusut kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan.
Ia curiga tak ada koordinasi yang jelas antara Polda Metro Jaya yang menangani perkara dengan Mabes Polri.
"Ada semacam kesimpangisuran, misal Polda di awal menyatakan akan bongkar kasus secara tuntas. Kami dengar Mabes yang kirim orang ke Novel," ujar Yati di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Rabu (26/7/2017).
Selama ini, Yati menganggap Polda Metro Jaya dan Mabes Polri berjalan sendiri-sendiri. Apalagi, kata dia, beberapa kali pernyataan Mabes Polri diluruskan oleh Polda Metro Jaya.
"Kami pertanyakan kekompakannya. Khawatir ada ketidakompakan yang membuat kasus ini terhambat," lanjut dia.
(Baca: Novel Baswedan: Harapan Orang yang Menyerang Saya Sia-sia, Tak Ada Gunanya)
Direktur Elsekutif LBH Jakarta Alghifari Aqsa mengatakan, dari keterangan yang dihimpun, ada tim lain di luar penyidik Polda Metro Jaya yang menemui keluarga Novel. Mereka mengaku anggota Densus 88.
Saat itu, kedua petugas itu menyerahkan dua foto yang kemudian diserahkan Novel kepada penyidik.
"Kita berpikiran positif bahwa tim itu mungkin ingin cari fakta dan melindungi Novel," ujar Alghifari.
Petugas tersebut juga mendekati para saksi dan meminta informasi terkait peristiwa yang menimpa Novel. Namun, saat dikonfirmasi ke Polda Metro Jaya, penyidik mengaku tidak tahu dari mana Novel mendapat foto tersebut.
Ia menduga ada tim lain yang diutus untuk memberi petunjuk kepada Novel.
"Tidak tahu juga, bisa saja tim satu lagi ditunjuk Kapolri. Kita harus cari tahu tim ini siapa yang jadi koordinator, yang kasih perintah," kata Alghifari.