Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heryadi Silvianto
Dosen FIKOM UMN

Pengajar di FIKOM Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan praktisi kehumasan.

Menimbang Posisi Indonesia Setelah Kunjungan Raja Salman dan Obama

Kompas.com - 18/07/2017, 14:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

SEPANJANG tahun 2017 tercatat dua pemimpin negara berpengaruh telah menginjakkan kaki di Indonesia. Raja Salman King Abdul Aziz Al Saud dari Arab Saudi dan Barack Obama dari Amerika Serikat.

Kunjungan yang terbaru oleh Obama selama 10 hari dari tanggal 23 Juni – 2 Juli. Beberapa bulan sebelumnya, Raja Salman selama 12 hari dari tanggal 1-12 maret memanfaatkan tiga hari untuk bekerja dan sembilan hari sisanya untuk berlibur di Pulau Bali.

Bagi Obama, Indonesia adalah negara pertama yang dikunjungi selepas purna tugas sebagai Presiden ke 44 Amerika Serikat. Pun Raja Salman ke Indonesia saat itu merupakan yang terlama dibandingkan dengan negara Asia lainnya sepanjang rangkaian misi lawatannya.

Kunjungan obama kali ini jauh berbeda dibandingkan tahun 2010 yang tidak lebih dari 24 jam, kini bertema "back to nature". Hal ini tergambar dari aktivitas yang dilakukan didominasi luar ruang (outdoor), seperti bermain air jeram dan menyambangi hutan Becici di Bantul Yogyakarta.

Selain ke Pura Tirta Empul, Jatiluwih di Bali, kemudian Borobudur, Prambanan Jawa Tengah dan Istana Bogor. Terakhir, hadir di kongres diaspora Indonesia. Skema kunjungan obama santai-serius.

Agak berbeda dengan Raja Salman serius-santai, lazimnya kepala negara aktif. Mengawali fokus kunjungan dengan melakukan serangkaian Memorandum of Understanding (MoU) penguatan kerjasama di berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan dan agama. Kemudian mengkahiri dengan tema liburan dalam kerangka "Tourism Halal Destination" di Bali.

Sarat makna dan momentum
Secara eksternal, kunjungan kedua tokoh ini memiliki makna yang luar biasa dalam penguatan diplomasi Indonesia di tingkat global. Terlebih keduanya hadir dari latar belakang sistem politik serta budaya yang sangat jauh berbeda.

Raja Salman tumbuh dalam sistem monarki dan budaya feodalisme, sedangkan Obama datang dari sistem demokrasi dengan budaya iberal. Meski tak bersinggungan langsung, kedua tokoh tersebut dalam satu scene yang sama, namun secara faktual membuktikan bahwa Indonesia tempat yang nyaman untuk mereka sambangi berlama-lama.

Setidaknya ini menjadi bukti dan pukulan telak bagi negara-negara di kawasan yang seringkali mengunggulkan sektor pariwisata. Malaysia boleh punya "Truly Asia", Thailand punya objek wisata Phuket atau Singapura dengan beragam sajian hiburan.

Ternyata untuk ‘level dan selera’ kepala negara, bukan tempat wisata semacam itu yang dibutuhkan mereka. Tentu saja pada akhirnya momentum ini harus mampu dimanfaatkan dengan baik oleh Indonesia sebagai magnet dan menjadi daya ungkit dalam menarik jutaan wisatawan dari kawasan Amerika dan Eropa, Juga Timur Tengah.

Di sisi lain, harus disadari banyak daerah objek wisata di Indonesia karakteristiknya lekat dengan kehidupan agama. Masyarakatnya hidup dalam suasana dan simbol-simbol agama.

Situasi tersebut seringkali dianggap sebuah hipotesis yang menghambat perkembangan pariwisata. Tak ayal, kehadiran kedua tokoh ini juga secara simultan telah menyampaikan pesan penting bahwa tidak ada hambatan berarti di negeri ini.

Obama ke Bali, pun demikian Raja Salman. Tak ada halangan dan hambatan untuk Raja Salman dan Rombongan untuk menikmati sajian "Halal Tourism Packages" di Bali.

Menjadi bukti saling beradaptasi dan menyesuaikan, makna diplomasi budaya yang monumental. Artinya tak perlu ada benturan peradaban (clash of civilizations) meminjam istilah fenomenal Samuel P Huntington yang menekankan identitas budaya dan agama seseorang akan menjadi sumber konflik.

Secara internal tentu saja segenap komponen bangsa tidak boleh lekas berpuas diri atas apa yang telah dicapai. Justru sudah sepantasnya terus memperbaiki dan melengkapi.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Beragam Respons Kubu Prabowo-Gibran soal 'Amicus Curiae' Megawati dan Sejumlah Tokoh Lain

Beragam Respons Kubu Prabowo-Gibran soal "Amicus Curiae" Megawati dan Sejumlah Tokoh Lain

Nasional
Yusril Harap Formasi Kabinet Prabowo-Gibran Tak Hanya Pertimbangkan Kekuatan di DPR

Yusril Harap Formasi Kabinet Prabowo-Gibran Tak Hanya Pertimbangkan Kekuatan di DPR

Nasional
Eks Ajudan Ungkap Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL

Eks Ajudan Ungkap Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL

Nasional
Yusril Bilang KIM Belum Pernah Gelar Pertemuan Formal Bahas Kabinet Prabowo

Yusril Bilang KIM Belum Pernah Gelar Pertemuan Formal Bahas Kabinet Prabowo

Nasional
Yusril Nilai Tak Semua Partai Harus Ditarik ke Kabinet Prabowo Kelak

Yusril Nilai Tak Semua Partai Harus Ditarik ke Kabinet Prabowo Kelak

Nasional
Cara Urus Surat Pindah Domisili

Cara Urus Surat Pindah Domisili

Nasional
Tanggal 20 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 20 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TKN Klaim 10.000 Pendukung Prabowo-Gibran Akan Ajukan Diri Jadi 'Amicus Curiae' di MK

TKN Klaim 10.000 Pendukung Prabowo-Gibran Akan Ajukan Diri Jadi "Amicus Curiae" di MK

Nasional
Tepis Tudingan Terima Bansos, 100.000 Pendukung Prabowo-Gibran Gelar Aksi di Depan MK Jumat

Tepis Tudingan Terima Bansos, 100.000 Pendukung Prabowo-Gibran Gelar Aksi di Depan MK Jumat

Nasional
Jaksa KPK Sentil Stafsus SYL Karena Ikut Urusi Ultah Nasdem

Jaksa KPK Sentil Stafsus SYL Karena Ikut Urusi Ultah Nasdem

Nasional
PAN Minta 'Amicus Curiae' Megawati Dihormati: Semua Paslon Ingin Putusan yang Adil

PAN Minta "Amicus Curiae" Megawati Dihormati: Semua Paslon Ingin Putusan yang Adil

Nasional
KPK Ultimatum.Pengusaha Sirajudin Machmud Hadiri Sidang Kasus Gereja Kingmi Mile 32

KPK Ultimatum.Pengusaha Sirajudin Machmud Hadiri Sidang Kasus Gereja Kingmi Mile 32

Nasional
KSAU Pimpin Sertijab 8 Pejabat Utama TNI AU, Kolonel Ardi Syahri Jadi Kadispenau

KSAU Pimpin Sertijab 8 Pejabat Utama TNI AU, Kolonel Ardi Syahri Jadi Kadispenau

Nasional
Pendukung Prabowo-Gibran Akan Gelar Aksi di MK Kamis dan Jumat Besok

Pendukung Prabowo-Gibran Akan Gelar Aksi di MK Kamis dan Jumat Besok

Nasional
Menteri PAN-RB Enggan Komentari Istrinya yang Diduga Diintimidasi Polisi

Menteri PAN-RB Enggan Komentari Istrinya yang Diduga Diintimidasi Polisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com