Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Sufyan Abd
Dosen

Dosen Digital Public Relations Telkom University, Lulusan Doktoral Agama dan Media UIN SGD Bandung. Aktivis sosial di IPHI Jabar, Pemuda ICMI Jabar, MUI Kota Bandung, Yayasan Roda Amal & Komunitas Kibar'99 Smansa Cianjur. Penulis dan editor lebih dari 10 buku, terutama profil & knowledge management dari instansi. Selain itu, konsultan public relations spesialis pemerintahan dan PR Writing. Bisa dihubungi di sufyandigitalpr@gmail.com

Berapa Lama Lagi Usia Koran di Indonesia?

Kompas.com - 07/07/2017, 18:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLaksono Hari Wiwoho

Awal Juli 2017 ini, gelayut mendung dunia jurnalistik Tanah Air terjadi kala biro daerah Koran Sindo ditutup setelah 11 tahun beroperasi per 29 Juni 2016. Terasa lebih mendung karena terjadi pada grup media besar dengan pengalaman bisnis media karatan plus pemilik modalnya kakap.

Gelayut juga lebih berasa karena hal tersebut menggenapi sejumlah penutupan total atau parsial sejumlah media cetak nasional maupun regional dari grup besar lainnya dalam dua tahun terakhir.

Contohnya edisi hari minggu Galamedia (koran regional grup Pikiran Rakyat), edisi hari minggu Koran Tempo (koran Tempo Media Group), Sinar Harapan, Jakarta Globe, Harian Bola, hingga majalah remaja legendaris dari grup sekaliber Kompas Gramedia Group (KKG) per 1 Juni 2017 lalu, HAI.

KKG, bahkan, pada Desember 2016 lebih dulu menutup edisi cetak delapan produknya (Kawanku, Sinyal, Chip, Chip Foto Video, What Hi Fi, Auto Expert, Car and Turning Guide, dan Motor) dikonvergensikan ke dalam cewekbanget.id dan grid.co.id.

Mengapa (penutupan) media cetak makin hari makin banyak? Apa yang sedang terjadi? Berapa lama napas tersisa dari media cetak umumnya dan koran khususnya?

(Baca juga Apakah Website Terlalu Usang Untuk Jurnalisme Digital?)

Ada sejumlah data yang bisa digunakan dalam membedah hal ini (secara sederhana). Pertama, konsultan bisnis PwC dalam laporan Perspective from the Global Entertaiment and Media Outlook 2017 menyebutkan, laju global pertumbuhan koran dalam lima tahun ke depan adalah minus 8,3 persen.

Ini angka terendah karena prediksi untuk media massa konvensional lainnya (majalah, radio, televisi, dan buku) juga mengalami pertumbuhan minus pada 3,4-6 persen saja. Di sisi lain, PwC memprediksi media berbasis internet tumbuh 0,5 sampai 6 persen (Harian Kompas, 4 Juli 2017).

Prediksi ini realistis karena menurut mereka, ini merujuk gerusan koran di Eropa dan Amerika yang terjun bebas. Sekalipun bagi koran seperti The Rocky Mountain di Amerika Serikat yang sudah terbit sejak 1859 terpaksa tutup pada 2009.

Kedua, data Serikat Perusahaan Pers (dh/Serikat Penerbit Surat Kabar/SPS) tahun 2013 menyebutkan, tahun 2002 jumlah penerbitan media cetak di Indonesia mencapai 2.003 baik koran harian maupun mingguan serta majalah dengan jumlah tiras atau keterjualan mencapai 17 juta eksemplar.

Akan tetapi, tahun 2004 menurun jadi 695 penerbitan dengan 16 juta ekslempar. Angin segar terjadi pada tahun 2006 (825 penerbitan dengan 18 juta ekslempar) dan tahun 2013 (1.254 penerbitan dengan 22,34 juta ekslempar).

Namun, dalam peringatan Hari Pers Nasional (HPN 2017) di Ambon, dilansir data tren penurunan selang empat tahun dari 2013 terjadi, yaitu 850 penerbitan dengan 17 juta eksemplar--dan ini diafirmasi dengan kuat melalui penutupan parsial atau total media cetak besar seperti Koran Sindo dan HAI.

Ketua SPS Ahmad Djauhar memprediksi, penutupan media cetak, terutama koran ini, akan terjadi hingga akhir 2017. Sebab, penurunan pemasukan utama koran yakni iklan pada pertengahan tahun ini hingga 40 persen.

Jadi, gelayut mendung hari ini bisa terus terjadi, kita berdoa semoga tidak berkembang jadi badai suram.

Ketiga, kita bisa komparasikan data di atas dengan statistik warganet dan tren dalam membaca media massa daring.

Mengacu data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet tahun 2002 sebanyak 4,5 juta netizens (2.003 penerbitan, 17 juta tiras) dan pada 2004 sebanyak 11,2 juta netizens (695 penerbitan, 16 juta ekslempar).

Adapun 2013 menjadi 82 juta netizens (1.254 penerbitan, 22,34 juta ekslempar), dan hingga pertengahan 2017 sebanyak 145 juta netizens (850 penerbitan, 17 juta ekslempar).

Artinya, terjadi pola pertumbuhan eksponensial warganet dalam 15 tahun terakhir (2002-2017) rata-rata 200 pada per tahun sementara pola pertumbuhan penerbitan dan tiras mengalami pola pertumbuhan stagnan cenderung negatif dengan rata-rata minus 59 persen.

Dari angka tersebut, kita perdalam motivasinya sekali lagi dengan merujuk data APJII 2016, bahwa motivasi warganet Indonesia mengakses internet (dalam jawaban terbukanya) yang tertinggi ternyata bukan akses media massa daring atau berita, melainkan media sosial dan mencari hiburan.

Perilaku pengguna internet Indonesia berdasarkan polling APJII, November 2016APJII Perilaku pengguna internet Indonesia berdasarkan polling APJII, November 2016

Singkat kata, izinkan penulis menyatakan dua quick assumption berikut ini.

a. Fenomena stagnansi hingga penurunan global media cetak dan koran yang terjadi di Eropa dan Amerika sejak 2009 lalu, makin nyata terjadi Indonesia sejak 2015 hingga 2017 ini.

Hal ini antara lain direpresentasikan penutupan parsial atau total sejumlah media cetak bahkan dari kelompok media besar serta data SPS yang menunjukkan jumlah penerbitan dan tiras sejak 2002 masing-masing mengalami minus 59 persen dan stagnansi.

Jika diturunkan lagi angkanya, yakni 1.254 penerbitan pada 2013 dan tersisa 850 penerbitan pada 2017, maka secara umum, tiap tahun rata-rata tutup 80 jumlah penerbitan atau total 404 penerbitan dalam lima tahun terakhir.

b. Terjadi kenaikan pertumbuhan eksponensial warganet rata-rata 200 persen per tahun di Indonesia namun dua motivasi terbesar penggunaan internet adalah media sosial dan hiburan, bukan membaca berita (urutan ketiga).

Karenanya, tren global bahkan lokal --yang antara lain dinyatakan Ketua SPS--bahwa media massa cetak (khususnya koran) makin hari makin banyak yang tutup memang sebuah keniscayaan.

Dalam asumsi cepat penulis, jika pertumbuhan minus penerbit media massa cetak ini terus terjadi, yakni 80 penerbitan tutup per tahun, motivasi penggunaan new media berbasis internet masih media sosial dan hiburan (bukan berita daring), serta dari 850 sisa penerbit media massa tahun ini, maka usia media cetak (baca: koran) di Indonesia tersisa 10,6 tahun.  

Tentu saja, analisis dan prediksi cepat penulis ini perlu banyak kajian lebih rapi, komprehensif, dan deskriptif sebagai penyempurnanya.

Semoga saja tulisan ini menjadi pemicu artikel opini lain di Kolom Kompas.com, sekaligus kita cari solusi konkret bersama dalam menjaga marwah-eksistensi koran Indonesia ke depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendiri Mustika Ratu Mooryati Soedibyo Meninggal Dunia di Usia 96 Tahun

Pendiri Mustika Ratu Mooryati Soedibyo Meninggal Dunia di Usia 96 Tahun

Nasional
Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada, KPU Siap Sempurnakan Sesuai Saran MK

Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada, KPU Siap Sempurnakan Sesuai Saran MK

Nasional
Bongkar Pemerasan SYL, Jaksa KPK Bakal Hadirkan Sespri Sekjen Kementan di Pengadilan

Bongkar Pemerasan SYL, Jaksa KPK Bakal Hadirkan Sespri Sekjen Kementan di Pengadilan

Nasional
MK Minta Sirekap Dikembangkan Lembaga Mandiri, KPU Singgung Kemandirian Penyelenggara Pemilu

MK Minta Sirekap Dikembangkan Lembaga Mandiri, KPU Singgung Kemandirian Penyelenggara Pemilu

Nasional
Pelajaran Berharga Polemik Politisasi Bansos dari Sidang MK

Pelajaran Berharga Polemik Politisasi Bansos dari Sidang MK

Nasional
Prabowo-Gibran Akan Pidato Usai Ditetapkan KPU Hari Ini

Prabowo-Gibran Akan Pidato Usai Ditetapkan KPU Hari Ini

Nasional
Penetapan Prabowo-Gibran Hari Ini, Ganjar: Saya Belum Dapat Undangan

Penetapan Prabowo-Gibran Hari Ini, Ganjar: Saya Belum Dapat Undangan

Nasional
Prabowo-Gibran Sah Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Bakal Dilantik 20 Oktober 2024

Prabowo-Gibran Sah Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Bakal Dilantik 20 Oktober 2024

Nasional
[POPULER NASIONAL] Para Ketum Parpol Kumpul di Rumah Mega | 'Dissenting Opinion' Putusan Sengketa Pilpres Jadi Sejarah

[POPULER NASIONAL] Para Ketum Parpol Kumpul di Rumah Mega | "Dissenting Opinion" Putusan Sengketa Pilpres Jadi Sejarah

Nasional
Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com