Ketua SPS Ahmad Djauhar memprediksi, penutupan media cetak, terutama koran ini, akan terjadi hingga akhir 2017. Sebab, penurunan pemasukan utama koran yakni iklan pada pertengahan tahun ini hingga 40 persen.
Jadi, gelayut mendung hari ini bisa terus terjadi, kita berdoa semoga tidak berkembang jadi badai suram.
Ketiga, kita bisa komparasikan data di atas dengan statistik warganet dan tren dalam membaca media massa daring.
Mengacu data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet tahun 2002 sebanyak 4,5 juta netizens (2.003 penerbitan, 17 juta tiras) dan pada 2004 sebanyak 11,2 juta netizens (695 penerbitan, 16 juta ekslempar).
Adapun 2013 menjadi 82 juta netizens (1.254 penerbitan, 22,34 juta ekslempar), dan hingga pertengahan 2017 sebanyak 145 juta netizens (850 penerbitan, 17 juta ekslempar).
Artinya, terjadi pola pertumbuhan eksponensial warganet dalam 15 tahun terakhir (2002-2017) rata-rata 200 pada per tahun sementara pola pertumbuhan penerbitan dan tiras mengalami pola pertumbuhan stagnan cenderung negatif dengan rata-rata minus 59 persen.
Dari angka tersebut, kita perdalam motivasinya sekali lagi dengan merujuk data APJII 2016, bahwa motivasi warganet Indonesia mengakses internet (dalam jawaban terbukanya) yang tertinggi ternyata bukan akses media massa daring atau berita, melainkan media sosial dan mencari hiburan.