JAKARTA, KOMPAS.com - Pergerakan panitia khusus hak angket Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus mendulang kritik dari banyak pihak, termasuk masyarakat. Diterpa kritik sana-sini, Pansus tak peduli.
Pada Kamis (6/7/2017), mereka mengunjungi para koruptor di lembaga pemasyarakatan Sukamiskin, Bandung.
Rencana berkunjung ke rumah tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur, juga akan dilakukan. Mereka akan bertemu para tahanan kasus korupsi.
(baca: Mengintip Kelakuan Napi Koruptor yang Jadi Narasumber Pansus)
Yetty (53), warga asal Bandung, mengaku bingung dengan langkah-langkah pansus, terutama dengan meminta pandangan dari koruptor.
"Lucu anggota Pansus tanya-tanya ke narapidana yang sedang dihukum. Ya pasti mereka memusuhi KPK," kata Yetty saat dihubungi Kompas.com, Jumat (7/7/2017).
Ia juga heran dengan komposisi pansus yang banyak berkonflik dengan KPK. Lebih baik pansus diisi dengan anggota-anggota Dewan yang lebih netral.
"Cari anggota DPR lain yang netral banyak kan," tuturnya.
(baca: Ketua KPK Bingung Pansus Angket sampai Temui Koruptor)
Senada dengan Yetty, Faiz (27 tahun) warga asal Jakarta melihat pansus seperti mencari-cari kesalahan KPK.
Koruptor, menurut dia, sudah jelas merupakan barisan sakit hati yang akan memberikan informasi yang menyudutkan KPK.
"DPR lembaganya sudah bersih, apa? Berani-beraninya cari kesalahan KPK," tutur Faiz.
Di samping itu, Pansus terkesan tak memedulikan kritik dari berbagai pihak yang meminta Pansus menghentikan penyelidikannya.
Bahkan, petisi penolakan pun tak diindahkan. Sedangkan barisan sakit hati didengarkan.
"Kalau lihat Pansus Angket saat ini dengan mengunjungi BPK, ketemu narapidana, sudah jelas mencari-cari kesalahan KPK," sambung dia.