Proses membuka throttle ke full power (tancap gas) pasti mengeluarkan suara yang keras sekali dan seiring dengan itu pesawat bergerak untuk naik kembali dalam sequel yang terasa kasar. Itu semua adalah memang karakteristik dari manuver yang bernama go-around.
Banyak alasan
Banyak hal yag mengharuskan pilot melakukan go-around, antara lain dalam pendekatan mendarat untuk landing pada cuaca buruk.
Pada proses tersebut bila pada ketinggian tertentu RWY tidak kelihatan, maka pilihannya memang hanya go-around untuk mengulang pola pendekatan pendaratan dari semula atau mengalihkan tempat pendaratan ke tempat lain yang cuacanya lebih bagus.
Lainnya adalah bila pada ketinggian tertentu ternyata di RWY masih ada pesawat terbang lain, mungkin karena kerusakan dan lain hal maka pilot harus menyelamatkan penerbangannya dengan melakukan go-around.
Khusus pada kejadian yang di SHIA (Soekarno Hatta International Airport) baru-baru ini, ditengarai (kecuali hasil investigasi mengatakan lain) karena memang SHIA sudah masuk dalam kategori traffic padat yang memerlukan perhatian serius agar keselamatan penerbangan dapat terjaga sesuai standar keselamatan penerbangan internasional.
Banyak hal yang mengindikasikan bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM), peralatan ATC (Air Traffic Control), serta infrastruktur penerbangan secara keseluruhan memang terasa jauh tertinggal dihadapkan dengan pesatnya petumbuhan penumpang angkutan udara setiap tahun.
Dialihkannya sekian banyak traffic di SHIA ke Halim Perdanakusuma International Airport yang tadinya sudah dipersiapkan untuk dikembalikan sepenuhnya kepada penggunaan Angkatan Udara, adalah petunjuk yang sangat jelas tentang masalah tersebut.
Demikian pula antrean panjang pesawat baik yang akan take off maupun landing adalah sangat terkait dengan fasilitas infrastruktur yang tersedia.
Kini, dalam upaya untuk menghindarkan kecelakaan fatal yang mungkin saja terjadi, sudah saatnya dilakukan terobosan sementara, yaitu perlu adanya komunikasi antara pilot dan ATC untuk bersama-sama menyusun ulang prosedur take off landing di SHIA dan di Halim terutama dalam jam-jam sibuk.
Baca juga: Problem Serius di Balik Pesawat yang Gagal Mendarat di Cengkareng
Keluhan dan beban berat yang dihadapi petugas ATC sehari-hari, baik yang menyangkut kualitas serta kuantitas personel, maupun tingkat kecanggihan peralatan yang digunakan, harus didengarkan.
Juga terkait keluhan pilot belakangan ini terhadap keterbatasan separasi penerbangan yang sudah tidak nyaman, harus benar-benar mendapatkan perhatian sungguh sungguh dari para penentu kebijakan dan pejabat pengambil keputusan dalam penerbangan nasional.
Para penumpang pun, dalam jam sibuk tertentu banyak yang tidak nyaman lagi dalam mengalami delay dan juga holding baik sebelum take off maupun saat akan landing dalam kurun waktu yang terkadang lebih lama dari jam terbang yang diperlukan pada rute penerbangannya sendiri.
Semua stakeholder penerbangan, berharap dan sekaligus harus turut bertanggung jawab untuk segera dapat memperoleh solusi terbaik dalam upaya untuk mengatasi permasalahan ini.
Diharapkan, dengan demikian maka orang kemudian tidak menyepelekan lagi soal go-around sebagai hal yang biasa-biasa saja, dan juga sekaligus tidak mendramatisasi go-around sebagai hal yang sangat amat berbahaya sekali.
David Soucie, investigator senior kecelakaan pesawat terbang yang pernah bekerja intensif di FAA (Federal Aviation Administration) menjelaskan bahwa :
"In the air or on the ground, when dealing with aviation,it is easy to go from hero to fool"