JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menelepon Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Rabu (21/6/2017) malam.
"Betul. Ada pembicaraan antara Presiden Jokowi dan Presiden Duterte, semalam," ujar Sekretaris Kabinet Pramono Anung di Kompleks Istana Presiden, Kamis (22/6/2017).
Meski demikian, Pramono enggan merinci apa isi komunikasi di antara Jokowi dan Duterte tersebut.
Diwawancarai terpisah, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, komunikasi Indonesia dan Filipina memang sedang mesra.
(Baca: Butuh 69.000 Tenda di Marawi, Otoritas Filipina Sediakan Rp 175 Miliar)
Sejumlah daerah di Filipina Selatan masih dalam kondisi darurat. Militer Filipina masih belum memukul mundur Sayap kelompok Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Asia Tenggara masih melancarkan serangan
TNI, lanjut Ryamizard, direncanakan diterjunkan ke Filipina selatan untuk membantu militer setempat untuk menggempur sayap ISIS di sana.
"Karena itu musuh bersama. Kalau dia masuk ke Indonesia bagaimana? Repot nanti. Makanya kami bantu blok agar tidak ke mana-mana. Alasan (TNI bantu Filipina) itu semata-mata pertahanan negara kita juga," ujar Ryamizard.
(Baca: Wiranto: Indonesia Siap Bantu Filipina Gempur ISIS di Marawi)
Meski demikian, operasi TNI di Filipina masih menunggu keputusan Kongres Filipina. Namun Ryamizard menegaskan bahwa pada dasarnya, Jokowi dan Duterte setuju soal bantuan personel TNI di Filipina.
"Kalau Presiden Jokowi sudah boleh. Presiden Duterte juga sudah boleh. Tapi kan enggak segampang itu. Harus ada keputusan kongres dulu. Kami siap saja," ujar Ryamizard.
(Baca: Menhan sebut Duterte Izinkan RI Ikut Gempur ISIS di Filipina Selatan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.