Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/06/2017, 07:04 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Fakta baru terungkap lewat pernyataan penyidik Novel Baswedan soal pelaku penyiraman air keras ke wajahnya.

Melalui wawancara kepada Time, Novel menduga serangan pada dirinya terkait sejumlah kasus korupsi yang dia tangani.

Sejak menjadi penyidik KPK, setidaknya enam kali Novel menerima serangan. Mulanya ia tak berpikir bahwa kejadian tahun 2011 di mana sebuah mobil nyaris menabraknya merupakan suatu kesengajaan.

Namun, hal serupa terulang beberapa kali hingga terjadi serangan pada 11 April 2017 yang membuat pandangannya terganggu.

Saat itu, ia berharap penuh pada polisi untuk segera mencari pelakunya. Namun, hingga dua bulan berlalu, pelakunya tak kunjung tertangkap.

Polisi sempat tiga kali menangkap orang yang diduga berkaitan dengan penyerangan tersebut. Namun, setelah dimintai keterangan, mengecek alibi orang yang ditangkap, dinyatakan bahwa mereka bukan pelaku yang menyerang Novel.

Novel sempat tidak yakin dengan informasi yang menyebutkan bahwa salah satu perwira tinggi Polri menjadi dalang serangan ini. Namun, melihat pengusutan yang memakan waktu lama, Novel mulai mempertimbangkan kebenaran informasi tersebut. Ia pun menduga ada "orang kuat" di balik serangan itu

"Awalnya saya mengira informasi itu salah. Tapi setelah dua bulan dan kasus itu belum juga selesai, saya mengatakan (kepada yang memberi informasi itu), sepertinya informasi itu benar," kata Novel, sebagaimana dikutip dari Time.

(Baca: Novel Baswedan Ungkap Ada Jenderal Polisi Terlibat Teror Terhadapnya)

 

Tanggapan Polri

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, Novel sebagai korban semestinya menyampaikan informasi itu ke penyidik, bukan ke media. Dengan demikian, keterangan tersebut memiliki kekuatan hukum.

Beberapa waktu lalu penyidik telah meminta keterangan Novel di Singapura, namun belum tuntas melihat konfisi kesehatan Novel. Penyidik bersedia kembali memeriksa Novel di Singapura untuk menggali informasi yang diperlukan.

Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Pol Martinus Sitompul mengatakan, Novel harus menyampaikan setiap informasi penting yang diketahuinya agar bisa dikroscek kebenarannya.

Selain itu juga untuk menghindari penilaian pernyataan Novel itu sebuah tuduhan atau tudingan kepada pihak tertentu.

"Kalau diberikan kepada penyidik, kami akan teruskan, kami akan selidiki, benar enggak? dari mana alur-alurnya, fakta-fakta apa yang mendukung pernyataan itu. Jadi prinsipnya harus diserahkan ke polisi," tutur Martinus.

Halaman:


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Profil Mayjen Saleh Mustafa, Eks Pangdam Cenderawasih yang Jadi Pangkostrad

Profil Mayjen Saleh Mustafa, Eks Pangdam Cenderawasih yang Jadi Pangkostrad

Nasional
Prabowo dan Gibran Akan Lebih Banyak Kampanye Terpisah, TKN Ungkap Alasannya

Prabowo dan Gibran Akan Lebih Banyak Kampanye Terpisah, TKN Ungkap Alasannya

Nasional
Ganjar Curhat Pemilih Pemula Kini Tak Tertarik Visi-Misi, Malah Gimik Politik

Ganjar Curhat Pemilih Pemula Kini Tak Tertarik Visi-Misi, Malah Gimik Politik

Nasional
Genjot Investasi Perkapalan, PIS Teken MoU Kerja Sama Pembiayaan dengan K-Sure dan KEXIM

Genjot Investasi Perkapalan, PIS Teken MoU Kerja Sama Pembiayaan dengan K-Sure dan KEXIM

Nasional
Data KPU Diduga Bocor, Ganjar Minta Penegak Hukum Segera Bertindak

Data KPU Diduga Bocor, Ganjar Minta Penegak Hukum Segera Bertindak

Nasional
Hari Ini, Eks Pimpinan KPK Saut Situmorang Jadi Saksi Kasus Dugaan Pemerasan SYL

Hari Ini, Eks Pimpinan KPK Saut Situmorang Jadi Saksi Kasus Dugaan Pemerasan SYL

Nasional
Kampanye Hari Ke-3, Ganjar Hadiri Dialog Santai dengan Dewan Pers dan PWI

Kampanye Hari Ke-3, Ganjar Hadiri Dialog Santai dengan Dewan Pers dan PWI

Nasional
Data Pemilih Diduga Bocor, Ganjar Minta KPU Perbaiki Sistem

Data Pemilih Diduga Bocor, Ganjar Minta KPU Perbaiki Sistem

Nasional
Menhan Sibuk Kampanye, Penambahan Anggaran Belanja Alutsista Diperkirakan Tak Efektif

Menhan Sibuk Kampanye, Penambahan Anggaran Belanja Alutsista Diperkirakan Tak Efektif

Nasional
Polri: Ada 26 Laporan ke Rocky Gerung, Beberapa di Antaranya Dicabut

Polri: Ada 26 Laporan ke Rocky Gerung, Beberapa di Antaranya Dicabut

Nasional
Gugatan Ulang Syarat Usia Cawapres Ditolak, Gerindra: Setop 'Framing' Jahat Pencalonan Gibran Cacat Hukum!

Gugatan Ulang Syarat Usia Cawapres Ditolak, Gerindra: Setop "Framing" Jahat Pencalonan Gibran Cacat Hukum!

Nasional
Usai Kunjungan ke Dubai, Presiden Jokowi Dijadwalkan Kembali ke Tanah Air Minggu Pagi

Usai Kunjungan ke Dubai, Presiden Jokowi Dijadwalkan Kembali ke Tanah Air Minggu Pagi

Nasional
Jadwal Debat Capres-Cawapres Pemilu 2024, Digelar 5 Kali

Jadwal Debat Capres-Cawapres Pemilu 2024, Digelar 5 Kali

Nasional
Cakra Data: Prabowo-Gibran Terpopuler di Jagat Maya, tapi Sentimen Negatif Tertinggi

Cakra Data: Prabowo-Gibran Terpopuler di Jagat Maya, tapi Sentimen Negatif Tertinggi

Nasional
Politisi, Belajarlah dari Para Pendiri Bangsa

Politisi, Belajarlah dari Para Pendiri Bangsa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com