Sepatu dan ruangan yang menyita perhatian
Saya berkesempatan secara eksklusif masuk ke dalam kantor pusat HTI dan melihat satu persatu ruangan 5 lantai di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
Saya diterima oleh Juru Bicara HTI Ismail Yusanto. Saya masuki ruang demi ruang di kantor dan saya mendapatkan sejumlah kesan.
Pertama, kantor itu sangat rapi. Nyaris tak tampak debu, bahkan di setiap bingkai papan yang ada di dinding.
Kesan yang lain, saya terkesima dengan rapinya penataan sepatu. Ini saya lihat di tempat penyimpanan sepatu sebelum menaiki lantai dua.
Belum lagi toiletnya, tak tercium sedikitpun bau tak sedap, malah sebaliknya, wangi dan selalu tersedia sandal bersih di dalam toilet.
Lalu saya katakan ke Ismail, Juru Bicara HTI, “luar biasa rapinya!”
Ismail pun berseloroh, “jika menata sepatu saja rapi, bagaimana dengan menata negara!”
Saya menimpali, “wah jadi benar nih, mau mendirikan negara?”
Ismail tertawa.
Tibalah saya masuk ke ruang kerja Ismail Yusanto. Di sana ada bendera putih bertuliskan kalimat Tauhid.
“Jadi inilah bendera HTI ?” saya bertanya.
“Bukan, ini adalah bendera perjuangan, HTI dan Hizbut Tahrir tidak memiliki bendera,” jelas Ismail.
Saya pun melihat ke pojok ruangan. Jika sebelumnya saya melihat bendera berkalimat Tauhid berwarna putih dengan tulisan hitam, kali ini terbalik, bendera hitam dengan tulisan putih.
“Apa perbedaan bendera putih dan hitam ini?” tanya saya.
“Jika putih adalah bendera pergerakan, maka bendera hitam adalah bendera perang,” jawab Ismail.