Selama di penjara, dia mengetahui anaknya mendapatkan stigma negatif karena dicap sebagai anak seorang teroris.
Bahkan, anak Khairul harus keluar dari sekolah dan dikucilkan oleh teman-temannya.
Hal yang sama juga terjadi dengan anak-anak lain yang orangtuanya terlibat dalam kelompok teroris.
Selain itu, Khairul juga melihat potensi anaknya mengikuti jejak sebagai seorang teroris dan direkrut oleh kelompok radikal.
Kenyataan itu yang membulatkan tekad Khairul mendirikan Pesantren Al Hidayah di Deli Serdang, Sumatera Utara.
"Ide bikin pesantren saat di dalam penjara. Saya lihat anak saya itu tidak sekolah karena stigma anak teroris. Dia sampai keluar dari sekolah," tutur Khairul.
"Saya berpikir kalau anak saya seperti ini bagaimana dengan 600 mantan teroris lainnya. Kalau dikali tiga saja maka ada ribuan anak yang berpotensi ikut jejak bapaknya," kata dia.
Pesantren yang dia dirikan itu tidak jauh berbeda dengan pesantren-pesantren pada umumnya.
Hanya saja, Al Hidayah memiliki progam atau mata pelajaran deradikalisasi.
Mata pelajaran itu disusun sendiri oleh Khairul dan diajarkan pada sekitar 20 anak dari keluarga mantan terpidana teroris.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.