Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanpa Pancasila,Tidak Ada Indonesia

Kompas.com - 06/06/2017, 16:39 WIB

KOMPAS.com - Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, Jumat (2/6/2017) sekitar pukul 22.15 WITA, mendarat di Bandar Udara Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara, dari kunjungannya di Korea Selatan.

Sabtu sore, keesokan harinya, Mega membuka Parade Pancasila dan kemudian buka puasa bersama 1.000 anak yatim piatu di Lapangan Ketang Batu, Kelurahan Ternate, Kecamatan Singkil, Manado.

Di Jembatan Soekarno, di tepi Pantai Manado, Megawati berpidato di depan ribuan peserta Parade Pancasila.

"Tanpa Pancasila, kita tidak akan memiliki negara Indonesia dan tidak ada bangsa bernama Indonesia," seru Mega.

Mega menyatakan telah mendengar dan membaca berita di media tentang adanya oknum yang ingin mengganti dasar negara Pancasila.

Ia menganggap orang-orang itu adalah mereka yang tidak tahu atau lupa kepada sejarah bangsa dan negara Indonesia. Inti sejarah bangsa dan negara ini adalah Pancasila yang menjadi dasar negara.

Mega kemudian menguraikan sejarah Pancasila yang lahir dari pidato Bung Karno di depan sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945.

Ketika itu, 60 tokoh dari berbagai latar belakang yang ada di BPUPKI meminta kepada Bung Karno untuk menyampaikan gagasannya tentang dasar negara.

Dalam sidang yang dipimpin Radjiman Wedyodiningrat, Bung Karno menyampaikan gagasan Pancasila sebagai dasar negara. Secara aklamasi, sidang BPUPKI setuju gagasan Bung Karno tentang Pancasila sebagai dasar negara.

"Ini bukan omongan saya, silakan baca buku sejarah," kata Mega.

Mega juga mengatakan telah mengusulkan dan disetujui Presiden Joko Widodo tentang penetapan 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila dan hari libur nasional. Mega juga berharap Pancasila jadi kurikulum resmi pelajaran untuk pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

Setelah membuka Parade Pancasila, Mega berbuka puasa dengan 1.000 anak yatim piatu. Acara ini menjadi rangkaian Safari dan Festival Ramadhan Sulut hingga Idul Fitri 2017.

(Baca: Air Mata Megawati di Makam Bung Karno)

Sebelum acara Parade Pancasila dan buka puasa bersama, di Desa Kolongan, Minahasa Utara, Megawati menyampaikan kisah Bung Karno di Yogyakarta pada 1946 sampai 1949 dan kelahirannya pada 1949.

Ia juga bercerita tentang ibunya, Ny Fatmawati, yang rajin memasak dan masakan kesukaan Bung Karno yang adalah daun singkong direbus dan sayur lodeh.

Tahun 1958-1961 di Sulut terjadi perang Permesta. Kini, di setiap sudut provinsi ini ada baliho bertuliskan NKRI harga mati. Kejadian ini merupakan respons dari munculnya upaya untuk mengutak-atik lagi Pancasila sebagai dasar negara.

Kedatangan Megawati di Manado ini juga diiringi berita tentang RO yang ditangkap polisi di Bitung, Sulut, 2 Juni karena diduga membuat deklarasi referendum Minahasa Raya Merdeka.

Kepala Bidang Humas Polda Sulut Komisaris Besar Ibrahim Tompo mengatakan, RO ditangkap karena tindakannya diduga masuk kategori makar. RO sendiri yang sehari-hari jurnalis televisi membantah makar dan mengaku justru membuat deklarasi untuk memperkuat NKRI. (J Osdar)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 Juni 2017, di halaman 2 dengan judul "Tanpa Pancasila,Tidak Ada Indonesia".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Nasional
Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Nasional
Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
MK Bakal Unggah Dokumen 'Amicus Curiae' agar Bisa Diakses Publik

MK Bakal Unggah Dokumen "Amicus Curiae" agar Bisa Diakses Publik

Nasional
PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

Nasional
Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Nasional
MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

Nasional
Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Nasional
Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Nasional
FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

Nasional
Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Nasional
Jaga Independensi, MK Sembunyikan Karangan Bunga yang Sindir Sengketa Pilpres 2024

Jaga Independensi, MK Sembunyikan Karangan Bunga yang Sindir Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Busyro Muqqodas Harap Putusan MK Soal Sengketa Pilpres Berpihak pada Etika Kenegaraan

Busyro Muqqodas Harap Putusan MK Soal Sengketa Pilpres Berpihak pada Etika Kenegaraan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com