JAKARTA, KOMPAS.com – Maraknya tindakan persekusi atau memburu seseorang secara sewenang-wenang mendapatkan sorotan.
Pada beberapa kasus, persekusi dilakukan terhadap pengguna media sosial yang dianggap membuat status yang menyinggung kelompok atau tokoh tertentu.
Pengamat media sosial dan ITE Heru Sutadi mengatakan, munculnya persekusi tak lepas dari cara pengguna memanfaatkan media sosial.
Ia mengakui, agak sulit mengatur perilaku di media sosial.
Untuk menghindari persekusi, dia mengimbau agar para pengguna bijak memanfaatkan media sosial serta menahan diri untuk hal-hal yang sensitif.
“Saya pikir semua harus menahan diri untuk tidak membuat sesuatu yang makin memperkeruh suasana. Kalaupun memang harus menulis seseorang misalnya hal yang baik. Tapi kalau misalnya harus mengkritik, kritiklah secara positif,” kata Heru, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (2/6/2017).
Berdasarkan pengamatan Heru, persekusi merupakan fenomena baru. Sebelumnya, yang marak adalah kritik publik terhadap layanan jasa.
“Tapi sekarang ini hawanya beda,” ujar Heru.
Baca: Persekusi Fiera Lovita: Diburu, Diteror, dan Diintimidasi...
Dengan situasi saat ini, ia berpandangan, harus ada evaluasi terjadap pemanfaatan media sosial.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.