6. Jaksa telusuri airan uang untuk Gamawan
Selain Azmin, jaksa juga menanyakan Afdal Noverman soal aliran uang untuk Gamawan. Afdal mengaku tiga kali meminjamkan uang kepada Gamawan Fauzi.
Pertama, pada 2013 Gamawan meminjam uang Rp 1 miliar untuk membeli sebidang tanah di Bogor, Jawa Barat.
Kemudian, pada akhir 2014, Gamawan pernah meminjam uang Rp 200 juta untuk membiayai pengobatan.
Selanjutnya, Gamawan pernah meminjam lagi uang sebesar Rp 300 juta. Uang itu digunakan Gamawan untuk membeli ternak.
Total uang yang dipinjamkan kepada Gamawan sebesar Rp 1,6 miliar.
Berdasarkan surat dakwaan, dalam proyek senilai Rp 5,9 triliun tersebut, Gamawan disebut diperkaya sebesar 4,5 juta dollar AS, atau lebih dari Rp 60 miliar.
Pada Maret 2011, Andi Narogong, pengusaha pelaksana proyek e-KTP memberikan uang kepada Gamawan melalui Afdal Noverman sejumlah 2 juta dollar AS.
Tujuannya, agar pelelangan pekerjaan proyek e-KTP tidak dibatalkan oleh Gamawan Fauzi.
Pada Juni 2011, Andi kembali memberikan uang pada Gamawan melalui adiknya, Azmin Aulia, sejumlah 2,5 juta dollar AS.
Pemberian uang bertujuan untuk memperlancar proses penetapan pemenang lelang.
Paulus terpaksa memberikan keterangan melalui telekonferensi, karena ia berada di Singapura dan tidak dapat kembali ke Indonesia.
Keberadaan Paulus di luar negeri bukan tanpa alasan. Persoalan dalam proyek pengadaan e-KTP ternyata menimbulkan konflik dan membuatnya harus melarikan diri ke luar negeri.
Perusahaan Paulus menjadi salah satu anggota Konsorsium Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI), yang dimenangkan dalam lelang proyek pengadaan e-KTP.
Dalam proyek e-KTP, PT Sandipala diberi tugas untuk mencetak blanko, melakukan personalisasi data dan mendistribusikan 103 juta keping e-KTP.
Di awal proyek, Paulus lebih dulu memesan chip yang akan digunakan untuk proyek e-KTP.
Paulus memesan 172 juta kartu chip yang akan digunakan untuk memenuhi target pencetakan.
Namun, setelah chip tersedia, ternyata chip tersebut tidak sesuai dengan e-KTP. Paulus kemudian menolak membayar seluruh chip yang telah ia pesan sejak awal.
Oleh pihak penyedia, Paulus kemudian dilaporkan ke pihak Kepolisian atas dugaan penipuan.
Tidak hanya itu, Paulus mendapat teror secara fisik atas persoalan tersebut. Setelah mendapat serangkaian serangan, sejak Maret 2012, Paulus dan keluarganya tinggal di Singapura.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.