Tidak tahu saya, mungkin saja. Kita akan lihat bukti-bukti apa saja yang diinikan (dihadirkan pemerintah).
(Baca juga: Pemerintah Klaim Punya Bukti Lengkap untuk Bubarkan HTI)
Saat bicara khilafah, dalam kelompok Islam dunia juga terdapat perbedaan cara dalam lakukan perubahan. Misalnya Ikhwanul Muslimin yang memilih jalan dengan melakukan tarbiyah, yaitu pembinaan dari bawah atau bottom up. Mengapa Hizbut Tahrir cenderung top down dengan wacana pembentukan khilafah?
Enggak juga, sebenarnya kami juga dari bawah. Khilafah itu kan lebih kepada vision and mission statement (pernyataan visi-misi). Ketika perubahan terjadi, lalu bagaimana, ya pembinaan. Pembinaan itu ngaji, buka kitab. Mulai dari akidah. Dari bawah, bawah sekali.
Ada pihak yang dicoba didekati, baik itu militer atau politik?
Dalam konteks dakwah. Ini negeri mayoritas Muslim, pejabatnya Muslim. Bahasa paling mudah kan dakwah. Jangan sampai dalam pikiran kita, Islam jadi sulit di negeri ini.
Jika khilafah merupakan visi dan misi, lalu bagaimana cara HTI mencapainya?
Ini kan proses, dalam bahasa Hizbut Tahrir, pembinaan, pengkaderan. Masyarakat ini yang menuntut perubahan. Kita sendiri tak bisa membayangkan, tak ada preseden. Kita tak punya pengalaman.
Itu melalui kesadaran umat. Perubahan dilakukan oleh institusi-institusi perubahan. Seperti Orde Baru jatuh, kan ada dorongan perubahan, dari masyarakat, dari militer, parlemen. Institusi perubahan itu tetap ada.
Apakah ini dirasakan sebagai sesuatu yang baik atau menyeramkan? Ini suatu kebaikan. Bisa terjadi karena seluruh elemen yang ada menginginkan perubahan. Ini teori yang ada, bukan utopia, bukan absurd, sedikit konseptual. Sulit untuk diformulasikan.
Jika, katakanlah, wacana khilafah yang diusung HTI adalah visi-misi yang bersifat konseptual, lalu kenapa pemerintah takut? Apa kekhawatirannya?
Itu juga pertanyaan saya. Kenapa takut? Jadi ini sekarang kan dibuat takut. Ada satu-dua kelompok yang menciptakan ini sebagai sebuah ketakutan.
Ini terjadi sudah lama kok. Penguasa-penguasa yang dulu kan tenang-tenang saja. Mereka hanya mengatakan, "Enggak apa-apa, wong itu cuma wacana". "Bahaya apa, itu cuma wacana doang". Enteng (menanggapinya). Makanya disebut monsterizing.
Terkait penerapan syariat dalam wacana khilafah, bayangan masyarakat Indonesia kan seperti apa yang terjadi di Aceh, hukum cambuk misalnya. Apakah akan berlaku syariat seperti itu dalam wacana khilafah HTI?