Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ren Muhammad

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Hidup yang Tuna Makna

Kompas.com - 09/05/2017, 18:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Ketika memandangi orang tercinta, kita melihat hal apa yang tak dilihat oleh orang lain. Pun demikian dengan para bijak bestari. Mereka sanggup melihat bagaimana sebenarnya cara kerja dunia dengan suatu cara yang ditolak masyarakat awam.

Mereka mampu menemukan hal-hal baru tentang dunia, melihat cara kerja intinya, dan memahami pola-pola yang barangkali terlalu rumit (besar) untuk dipahami pikiran manusia dengan akal sehat keseharian.

Mereka menggali dan mengolah sebentuk pengetahuan yang teramat sulit dicerna—bahkan oleh mahasiswa tingkat doktoral sekali pun. Mereka menyadari dan meyakini penuh, bahwa semua pengetahuan terkandung dalam diri kita sendiri—jika kita tahu cara membacanya.

Sebab setiap sel manusia memiliki sebuah gulungan pita beruntai ganda yang lebarnya hanya sepuluh molekul, tapi panjangnya sekitar enam kaki. Mengandung semua informasi genetik yang diperlukan untuk pertumbuhan kita.

Semua sel hidup di planet ini memiliki satu versi dari pita tersebut. Namun sel yang ada dalam tubuh kita, adalah yang paling kompleks. Ia membawa sebuah pesan bersandi dari sekitar tiga miliar karakter yang mengandung perintah terwariskan—yang juga memungkinkan sel-sel mengatur diri dalam pola-pola yang menciptakan setiap individu manusia.

Sejarah dunia menunjukkan bahwa mereka yang telah mengubah batas-batas kesadaran manusia telah mencapai suatu tempat (derajat/maqam) dengan kondisi kesadaran yang telah berubah.

Mereka ingin membersihkan dogma-doktrin agama yang membabi buta, kesalehan palsu, dan penambahan ritusnya selama ribuan tahun—terutama gagasan kasar tentang tuhan yang pemarah serta pendendam.

Kimia kebahagiaan

Sejak Ibn Haytham ([Alhazen] 965-1040) berhasil melahirkan sains dari gagasan filsafat Yunani, Roger Bacon, Francis Bacon, Isaac Newton, juga segelintir saintis Eropa berikutnya, kemudian mengembangkan prosedur ilmiah dan eksperimental.

Mereka telah berusaha menemukan hukum universal untuk memahami dunia yang dipandang seobyektif mungkin. Mereka menerapkan metodologi yang sama terhadap kehidupan yang dipandang dengan sesubyektif mungkin.

Hasilnya, sebuah ilmu pengalaman spiritual. Inilah yang sejatinya dinamai Alkimia. Ilmu kuno nan misterius yang dalam Islam disebut Tasawuf. Yahudi dan Kristen menyebutnya Kabbala.

Hanya dalam khazanah Alkimia kita beroleh jawaban dari rahasia angka 33 yang merupakan irama alam nabati kosmos.

Dimensi yang mengendalikan hubungan antara alam ruhani dan jasadi (material). Angka ini mengacu pada jumlah pintu gerbang ruh manusia dapat melakukan perjalanan antara alam jasad dan alam ruh.

Sebuah visi besar akan berlakunya hukum-hukum yang menjeluk dalam kehidupan individual, mengandung pola-pola rumit dan irasional yang tidak mungkin terjadi jika ilmu pengetahuan hanya menjelaskan segala sesuatu yang ada di alam semesta.

Gerakan rahasia para pegiat mazhab misteri ini dapat ditemukan dalam novel besar terbaik seperti Les Miserables, The Count of Monte Cristo, Moby Dick, War and Peace, Don Quixote, atau Seribu Satu Malam.

Novel-novel itu menjabarkan secara gamblang betapa materialisme ilmiah tak dapat diandalkan. Kita tak bisa memercayai sebab-akibat yang berada dalam hukum kemungkinan.

Hidup yang sejatinya irasional ini harus didekati dengan sebuah pola. Jika Anda berani bertindak irasional, alam semesta akan membalas Anda dengan kekuatan yang sama irasionalnya.

Jika Anda menghindar dari sebuah tantangan, maka tantangan itu akan datang lagi dalam bentuk berbeda. Manusia selalu menarik ke arah dirinya, sesuatu yang paling ia takuti.

Jika Anda memilih jalur yang tidak bermoral, pada akhirnya Anda akan membayarnya. Sebuah keyakinan yang tulus, pada akhirnya akan mengubah apa yang diyakini. Demi bertahan pada apa yang dicintai, kau harus melepaskannya.

"Tuhan tersingkap dalam perasaan mendalam dari jiwa-jiwa yang peka," demikian Abraham Isaac Kook, seorang rabi besar Palestina pertama pada Abad-20.

Hidup dalam lingkungan mekanik, industrial, dan dijital, mengandung efek mematikan terhadap proses mental kita. Dorongan beton, plastik, logam, listrik yang memantul-mantul bersama penanaman gelombang elektromagnetik, menghasilkan sebuah ketandusan hampa yang tak bisa diperbarui.

Diperlukan kesadaran baru guna membuka diri kita terhadap pengaruh yang mengalir bebas dan menghidupkan kembali—dari alam rohani.

Gandhi berkata, "Seseorang yang semangat pengorbanan dirinya tidak melampaui masyarakat di mana ia hidup, kemudian hanya akan menjadi egois, dan menjadikan masyarakatnya pun egois. Semangat pengorbanan diri, harus menjangkau seantero dunia."

Hal senada juga diyakini St. Francis, bahwa ia mencintai seantero dunia dan kehidupannya.

ipopba Ilustrasi
Kesalahan terbesar Barat setelah menyariulang pengetahuan dari dunia Islam adalah, merampas kekayaan misterius Timur dengan pedang, meriam, dan kerakusan menguasai kekayaan alamnya.

Bukan dengan pertukaran kecerdasan, kearifan, budaya, persahabatan, dan kejujuran. Lebih jauh dari itu, mereka malah menganggap diri sebagai pemegang tunggal kebenaran.

Kendati begitu, lahir salah seorang manusia terbaik di Barat abad ke-20, Niels Bohr, yang sanggup mensintesiskan, "Kebalikan dari sebuah pernyataan yang benar adalah pernyataan palsu, tetapi kebalikan dari kebenaran mendalam, mungkin adalah kebenaran mendalam yang lain."

Tuna Rasa

Siapakah kita sesungguhnya? Siapa nama kita sebelum dilahirkan? Dari mana kita berasal? Atas tujuan apa kita hidup di dunia? Kenapa kita berbangsa-bangsa?

Mengapa Islam yang saya anut dan bukan agama laut? Adakah semua ini sia-sia belaka? Mungkinkah kebetulan saja? Siapa yang lebih mulia di antara saya, Anda, dan kita?

Apakah tolok ukurnya? Siapa yang bisa menilainya? Ulamakah? Seorang kiyai? Cerdik cendekia? Pendeta? Bhante? Bhiksu? Sesosok Nabi?

Ada atau tanpa kehadiran kita, seperti apakah wajah dunia? Beragama atau tidak, akan bagaimanakah hidup jadinya? Berpancasila pun berpegangan wewarah, jadi apakah kita akhirnya? Antara sarjana S3 dan santri jebolan pesantren, siapa yang lebih keren?

Percaya atau tidak, suka maupun tak, semua jadi percuma bila kita gagal merenunginya.

Manusia memang makhluk sempurna. Orang Nusantara boleh merasa istimewa. Namun tanpa kesadaran yang mumpuni, jangan harap hidup kan berbaik hati.

Kita kadung lupa, bahkan teramat sering alpa, ada begitu banyak jasa manusia di masa lalu sana. Nun jauh di gerbong belakang sejarah, yang belum menamai daya ciptanya sebagai kerja pribadi; belum sempat mencicipi buah pikiran sendiri; belum lagi melihat hasil olah karsanya mengubah hidup insani.

Tapi rasa mereka cenderung terasah. Kerap diolah. Terbukti pada tinggalan artefak dan jejak langkahnya. Budi mereka berdaya. Jadi budaya.

Rasa hidup mereka terukir estetika seni yang terus mengalir. Keindahan pikiran, kejernihan hati, kesantunan laku, tertoreh pada dinding zaman di liang goa, di lembaran lontara, pada kelezatan masakan, serta kehalusan pekerti dan perasaan.

Kita kehilangan banyak hal tanpa disadari. Kita mencari sesuatu yang hilang entah di mana. Kita terus bertikai di hamparan tanah yang sama. Berebut air yang sama diminum. Bersengketa untuk udara yang dihirup. Saling membakar dengan api yang kita pantik dengan kemarahan. Bara paling dendam. Kesumat yang melumat.

Kita abai pada satu hal sederhana: betapa hidup bukan pergerakan logika dan akal semata, melainkan untaian panjang perjalanan rasa yang sambung sinambung jadi Cinta.

Saat ini, kita harus merancang bentuk kecerdasan, kearifan, dan kesadaran terkini. Jika masih ada remah kebijaksanaan dari masa ribuan tahun silam yang bisa kita terapkan, mari menerapkannya. Bila tidak, kita tak bisa terus menopang dagu. Menunggu waktu melindas kita jadi sejarah yang membatu. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Jadi Presiden Terpilih, Prabowo dan Gibran Temui Jokowi di Istana

Usai Jadi Presiden Terpilih, Prabowo dan Gibran Temui Jokowi di Istana

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
PKS Jajaki Komunikasi dengan Prabowo

PKS Jajaki Komunikasi dengan Prabowo

Nasional
Dewas Harap Wakil Ketua KPK Laporkan Albertina Ho Bukan karena Sedang Tersangkut Kasus Etik

Dewas Harap Wakil Ketua KPK Laporkan Albertina Ho Bukan karena Sedang Tersangkut Kasus Etik

Nasional
Wapres Ma'ruf Amin Tak Titip Program Tertentu untuk Dilanjutkan Gibran

Wapres Ma'ruf Amin Tak Titip Program Tertentu untuk Dilanjutkan Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com