Novel-novel itu menjabarkan secara gamblang betapa materialisme ilmiah tak dapat diandalkan. Kita tak bisa memercayai sebab-akibat yang berada dalam hukum kemungkinan.
Hidup yang sejatinya irasional ini harus didekati dengan sebuah pola. Jika Anda berani bertindak irasional, alam semesta akan membalas Anda dengan kekuatan yang sama irasionalnya.
Jika Anda menghindar dari sebuah tantangan, maka tantangan itu akan datang lagi dalam bentuk berbeda. Manusia selalu menarik ke arah dirinya, sesuatu yang paling ia takuti.
Jika Anda memilih jalur yang tidak bermoral, pada akhirnya Anda akan membayarnya. Sebuah keyakinan yang tulus, pada akhirnya akan mengubah apa yang diyakini. Demi bertahan pada apa yang dicintai, kau harus melepaskannya.
"Tuhan tersingkap dalam perasaan mendalam dari jiwa-jiwa yang peka," demikian Abraham Isaac Kook, seorang rabi besar Palestina pertama pada Abad-20.
Hidup dalam lingkungan mekanik, industrial, dan dijital, mengandung efek mematikan terhadap proses mental kita. Dorongan beton, plastik, logam, listrik yang memantul-mantul bersama penanaman gelombang elektromagnetik, menghasilkan sebuah ketandusan hampa yang tak bisa diperbarui.
Diperlukan kesadaran baru guna membuka diri kita terhadap pengaruh yang mengalir bebas dan menghidupkan kembali—dari alam rohani.
Gandhi berkata, "Seseorang yang semangat pengorbanan dirinya tidak melampaui masyarakat di mana ia hidup, kemudian hanya akan menjadi egois, dan menjadikan masyarakatnya pun egois. Semangat pengorbanan diri, harus menjangkau seantero dunia."
Hal senada juga diyakini St. Francis, bahwa ia mencintai seantero dunia dan kehidupannya.
Kesalahan terbesar Barat setelah menyariulang pengetahuan dari dunia Islam adalah, merampas kekayaan misterius Timur dengan pedang, meriam, dan kerakusan menguasai kekayaan alamnya.
Bukan dengan pertukaran kecerdasan, kearifan, budaya, persahabatan, dan kejujuran. Lebih jauh dari itu, mereka malah menganggap diri sebagai pemegang tunggal kebenaran.
Kendati begitu, lahir salah seorang manusia terbaik di Barat abad ke-20, Niels Bohr, yang sanggup mensintesiskan, "Kebalikan dari sebuah pernyataan yang benar adalah pernyataan palsu, tetapi kebalikan dari kebenaran mendalam, mungkin adalah kebenaran mendalam yang lain."
Tuna Rasa
Siapakah kita sesungguhnya? Siapa nama kita sebelum dilahirkan? Dari mana kita berasal? Atas tujuan apa kita hidup di dunia? Kenapa kita berbangsa-bangsa?
Mengapa Islam yang saya anut dan bukan agama laut? Adakah semua ini sia-sia belaka? Mungkinkah kebetulan saja? Siapa yang lebih mulia di antara saya, Anda, dan kita?