Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ren Muhammad

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Hidup yang Tuna Makna

Kompas.com - 09/05/2017, 18:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Novel-novel itu menjabarkan secara gamblang betapa materialisme ilmiah tak dapat diandalkan. Kita tak bisa memercayai sebab-akibat yang berada dalam hukum kemungkinan.

Hidup yang sejatinya irasional ini harus didekati dengan sebuah pola. Jika Anda berani bertindak irasional, alam semesta akan membalas Anda dengan kekuatan yang sama irasionalnya.

Jika Anda menghindar dari sebuah tantangan, maka tantangan itu akan datang lagi dalam bentuk berbeda. Manusia selalu menarik ke arah dirinya, sesuatu yang paling ia takuti.

Jika Anda memilih jalur yang tidak bermoral, pada akhirnya Anda akan membayarnya. Sebuah keyakinan yang tulus, pada akhirnya akan mengubah apa yang diyakini. Demi bertahan pada apa yang dicintai, kau harus melepaskannya.

"Tuhan tersingkap dalam perasaan mendalam dari jiwa-jiwa yang peka," demikian Abraham Isaac Kook, seorang rabi besar Palestina pertama pada Abad-20.

Hidup dalam lingkungan mekanik, industrial, dan dijital, mengandung efek mematikan terhadap proses mental kita. Dorongan beton, plastik, logam, listrik yang memantul-mantul bersama penanaman gelombang elektromagnetik, menghasilkan sebuah ketandusan hampa yang tak bisa diperbarui.

Diperlukan kesadaran baru guna membuka diri kita terhadap pengaruh yang mengalir bebas dan menghidupkan kembali—dari alam rohani.

Gandhi berkata, "Seseorang yang semangat pengorbanan dirinya tidak melampaui masyarakat di mana ia hidup, kemudian hanya akan menjadi egois, dan menjadikan masyarakatnya pun egois. Semangat pengorbanan diri, harus menjangkau seantero dunia."

Hal senada juga diyakini St. Francis, bahwa ia mencintai seantero dunia dan kehidupannya.

Kesalahan terbesar Barat setelah menyariulang pengetahuan dari dunia Islam adalah, merampas kekayaan misterius Timur dengan pedang, meriam, dan kerakusan menguasai kekayaan alamnya.

Bukan dengan pertukaran kecerdasan, kearifan, budaya, persahabatan, dan kejujuran. Lebih jauh dari itu, mereka malah menganggap diri sebagai pemegang tunggal kebenaran.

Kendati begitu, lahir salah seorang manusia terbaik di Barat abad ke-20, Niels Bohr, yang sanggup mensintesiskan, "Kebalikan dari sebuah pernyataan yang benar adalah pernyataan palsu, tetapi kebalikan dari kebenaran mendalam, mungkin adalah kebenaran mendalam yang lain."

Tuna Rasa

Siapakah kita sesungguhnya? Siapa nama kita sebelum dilahirkan? Dari mana kita berasal? Atas tujuan apa kita hidup di dunia? Kenapa kita berbangsa-bangsa?

Mengapa Islam yang saya anut dan bukan agama laut? Adakah semua ini sia-sia belaka? Mungkinkah kebetulan saja? Siapa yang lebih mulia di antara saya, Anda, dan kita?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com